web analytics

Pahlawan dan Semangat Pengabdian (Prof. Dr. Syamruddin Nasution)

Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Suska Riau

SEMPENA memperingati Hari Pahlawan, suatu pertempuran dahsyat yang terjadi di Surabaya dari pasukan-pasukan pro kemerdekaan Indonesia bersama para milisi bertempur melawan pasukan Inggris dan Belanda yang ingin menguasai Indonesia kembali. Hal itu menjadi bagian dari revolusi nasional Indonesia yang perlu selalu diingat karena di situ tergambar semangat pengabdian dan kepahlawanan yang dimiliki arek-arek Surabaya yang bertekad kuat ingin mempertahankan bangsa ini dari penjajahan Belanda dan mereka berhasil mengusir Belanda keluar dari tanah air Indonesia.

Mereka yang ikut dalam perang revolusi itu disebut pahlawan bangsa yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya bagi sebuah kemerdekaan yang ingin mereka pertahankan. Makna pengorbanan dari pengabdian yang mereka berikan bagi bangsa saat itu tentulah sangat bernilai tinggi. Sebab kalaulah saja mereka tidak rela berjuang kemungkinan Indonesia akan dijajah kembali oleh Belanda akan menjadi kenyataan pahit. Oleh sebab itu sangat wajar jika pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang dan memberikan penghargaan bagi jasa-jasa yang telah mereka berikan bagi negara Indonesia tercinta ini.

Betapa banyaknya orang yang telah berkorban untuk negara ini dan mereka telah ditetapkan pemerintah sebagai pahlawan bangsa, sebut saja misalnya, Teuku Umar, Sisingamangaraja, Imam Bonjol, Tuanku Tambusai, Raja Ali Haji, dan lain sebagainya, atas pengorbanan yang telah mereka berikan untuk negara, mereka ditetapkan sebagai Pahlawan Bangsa, bukan berdasarkan pertimbangan yang lainnya.hal ini menunjukkan betapa tingginya nilai pengabdian  dan pengorbanan dalam kehidupan manusia.

Dalam sejarah Islam prestasi seseorang dalam pengabdiannya kepada Islam, biasanya diabadikan  ke dalam namanya seperti Khalid bin Walid disebut Pedang Allah, Sa’ad ibn Waqqash Penakluk Persia, Abu Bakar penyelamat negara Islam, Umar ibn Khatab al-Faruq dan Muhammad dari Turki Usmani yang berhasil menaklukkan Konstantinopel disebut al-Fatih yaitu Sang Penakluk Konstantinopel dan lain-lainnya.

Jika orang berkeinginan agar hidup ini berguna dan bermanfaat bagi negara bagi agama dan bagi dirinya sendiri, seperti yang telah dilakukan mereka yang disebut di atas, buatlah pengabdian sebanyak mungkin , baik untuk negara, agama, lingkungan dan kepada orang yang ada di sekitar kita, agar hidup berguna dan bermanfaat, karena makna hidup ini adalah pengabdian, tiada berguna hidup tanpa pengabdian. Siapa yang paling banyak pengabdiannya, itulah yang paling berguna dan bermanfaat hidupnya, siapa yang tidak ada pengabdian, maka hidupnya menjadi hampa dan sia-sia belaka.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, agama Islam pun menempatkan pengabdian berada pada urutan teratas dalam kehidupan manusia, seperti yang dinyatakan Nabi dalam sabdanya, artinya “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna bagi manusia  yang lainnya”. Dengan demikian, harga manusia itu ada pada pengabdiannya. Orang yang banyak melakukan pengabdian membantu orang mengatasi kesusahan hidupnya, mereka itulah orang yang akan senantiasa mendapat bantuan dan pertolongan Allah, seperti yang dinyatakan Nabi dalam sabdanya ; artinya “Allah akan senantiasa membantu hamba-Nya, selama hamba-Nya itu senantiasa membantu saudaranya yang lain”.

Jadi datangnya pertolongan Allah kepada manusia, jika manusia itu mempunyai semangat pengorbanan dan kepahlawanan membantu saudaranya yang sedang mengalami kesulitan. Maka bagi mereka yang mudah mengulurkan tangan membantu dan melakukan pengabdian dan pertolongan kepada orang, mereka itulah orang yang akan mudah pula mendapat pertolongan dari Allah di saat mendapat kesulitan hidup. Jadi pengabdian dan pengorbanan itu menjadi sarana bagi mudahnya datang pertolongan Allah.

Di masa kemerdekaan ini, jika seorang guru dengan tekun mengajar anak didiknya di kelas agar kelak mereka menjadi anak yang cerdas yang akan menjadi penerus bangsa, itupun percikan dari semangat pengabdian guru yang dikenal dengan pahlawan tanpa jasa. Demikian juga seorang pencinta lingkungan dengan sabar membenahi lingkungan agar tidak tercemar, itupun percikan dari nilai pengabdian, seorang ilmuan dilaboratorium dengan tekun melakukan penelitian di bidang pertanian, misalnya agar petani dapat menghasilkan panen maksimal, itupun percikan dari semangat pengabdian.

Sebaliknya kini, juga di masa kemerdekaan, terjadi krisis kepahlawanan di antara anak bangsa, yang terjadi bukan rela berkorban untuk kepentingan  orang banyak, tetapi mengorbankan kepentingan orang banyak untuk kepentingan pribadi, seperti terjadinya pembakaran lahan secara besar-besaran untuk kepentingan pribadi yang menyengsarakan  kepentingan orang banyak, bahkan memakan banyak korban kepentingan masyarakat dalam berbagai bidang, seperti terjadinya korban pendidikan sehingga anak-anak tidak dapat sekolah, korban kesehatan banyak yang sakit bahkan meninggal akibat asap, korban ekonomi  yang menimbulkan kerugian besar bagi banyak pihak dan lain-lainnya, krisis kepahlawanan seperti ini kiranya tidak terjadi lagi di Indonesia pada masa yang akan datang.

Pengabdian yang dilakukan seorang mukmin dengan ikhlas karena Allah maka disebut amal saleh atau amal kebajikan dalam Islam. Balasan dari amal kebajikan  yang dilakukan oleh orang yang beriman akan mendapat pahala. Pahala dapat bersumber dari dua macam; Pertama, dari semua urusan dunia apabila dikerjakan dengan ikhlas, maka pekerjaan itu menjadi amal saleh dan mendapat balasan pahala. Kedua, dari semua urusan ibadah, seperti salah, puasa, zakat, infak, sedekah dan lain sebagainya apabila dikerjakan karena Allah, maka semua pekerjaan tersebut juga menjadi amal saleh dan juga mendapat balasan pahala.

Suatu yang lebih penting lagi dari semua yang disebutkan di atas bahwa pahala adalah perahu tumpangan orang beriman nanti kelak pada saat mereka menghadap Allah SWT. Mulai dari seseorang di antarkan ke alam barzah (kubur) pahala itu menjadi penolong utama bagi si mayat di dalam kubur, seperti yang digambarkan Nabi dalam hadisnya; artinya “ Yang menyertai seseorang kelak ke alam barzah, ada tiga golongan ; (1) hartanya, (2) keluarganya dan (3) amal salehnya, dua diantaranya (harta dan keluarganya) pulang kembali, hanya satu yang tetap bersamanya yaitu amal salehnya”.

Oleh sebab itu, ternyata persiapan bekal mengahadap Allah SWT, jauh lebih penting daripada persiapan bekal menghadapi masa pensiun, mengapa ada orang yang lebih sibuk menghadapi masa pensiun daripada menghadapi masa setelah pensiun.

Diposkan oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)

Dikutip dari Riau Pos Edisi Selasa, 10 November 2015

redaksi@uin-suska.ac.id