web analytics

Profesional dan Terpercaya (Prof. Dr. Syamruddin Nasution)

Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Suska Riau

KETIKA penguasa Mesir dulu memilih dan mengangkat Nabi Yusuf AS sebagai Kepala Badan Logistik negeri Mesir, dia berkata : ”Sesungguhnya hanya engkau kini di sisi kami kuat dan terpercaya” (QS. Yusuf: 54). Ketika Nabi Syu’aib AS hendak melamar Nabi Musa AS sebagai calon menantunya, salah satu dari anak gadisnya berkata : ”Dia adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”(QS. Al-Qashash: 26). Ketika jin Ifrid meminta kepada nabi  Sulaiman AS agar dialah yang memindahkan singgasana Ratu Bilqish dari Negeri Saba’ ke Palestina, dia berkata :”Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. (QS. Al-An’am: 39).

Arti “kuat” pada tiga ayat di atas adalah mampu, bahasa populernya professional, sedangkan “terpercaya” artinya paling dipercaya. Tiga ayat tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya syarat mampu dan terpercaya bagi seorang pemimpin sehingga apapun jabatan  yang akan diemban di dunia ini, kalau ingin sukses, syaratnya dua : professional dan terpercaya.

Ketika Ustman ibn Affan diangkat menjadi khalifah (23-25 H) dia adalah seorang pejabat Negara yang dinillai sangat terpercaya. Hal itu dapat diketahui dari profil beliau yang pemalu, budiman, penyabar, penyantun, lemah lembut dan banyak berderma. Pada perang Tabuk saja, atas ajakan Rasulallah, dia berderma sebanyak 950 ekor unta lengkap dengan bahan logistiknya, ditambah lagi uang sebanyak 1.000 dinar.

Pada saat orang kekurangan air minum, dalam perjalanan musafir dia sanggup membeli sumur seorang yahudi seharga 20.000 dirham untuk kemudian disedekahkannya kepada kaum muslimin. Utsman juga dinikahkan Nabi dengan putri beliau Rukaiyah, karena sakit dan wafat pada waktu perang Badr, dinikahkan Nabi lagi dengan putrinya Ummu Kaltsum. Itulah sebabnya beliau digelar dengan “Zun Nurain” artinya dua cahaya karena dua putri Nabi menjadi isterinya.

Dari sederetan sifat-sifat  yang dikemukakan di atas tergambar bahwa beliau adalah seorang yang sangat terpercaya, tetapi kurang profesional. Sementara pejabat bawahannya (Sekretaris Negara) adalah seorang pejabat yang profesional tetapi tidak terpercaya, Karena profil Marwan ibn  Hakan sudah terkenal sebagai seorang egois dan otoriter yang membahayakan Negara. Hal itu diketahui dari sikap Nabi, khalifah Abu Bakar dan khalifah Umar yang melarang dia dan ayahnya Hakam pindah dari negeri Thaib ke Madinah, alih-alih khalifah Utsman mengundangnya datang ke Madinah dan diserahi pula jabatan Sekretaris Negara.

Maka hancur-hancuranlah Negara dibuatnya, tidak jelas siapa yang menjadi atasan dan siapa yang bawahan bahkan atasan tidak tahu apa yang dibuat bawahan. Pernah terjadi, surat Negara tertangkap basah oleh pemberontak yang ditujukan kepada Gubernur Mesir, Abdullah ibn Sa’ad, isinya : ”Agar pimpinan pemberontak dari Mesir ditangkap” lengkap dengan tanda tangan dan cap Negara. Ketika surat itu dibawa pemberontak kepada Utsman untuk dikonfirmasi, ternyata Ustman sebagai kepala Negara tidak tahu menahu dengan surat itu dan tidak pernah menandatangani surat seperti itu.

Terjadi lagi tiga kebijaksanaan yang kontroversial (mengundang protes rakyat) yang terjadi dalam pemerintahan Utsman  : menghapus Ketua Dewan Baitul Mal dan memperjual belikan tanah Negara. Semuanya dilakukan Marwan, itupun tidak dapat dicegah Utsman, sebagai kepala Negara.

Akibatnya, timbullah kerusuhan-kerusuhan hampir di seluruh penjuru negeri dan terjadi pemberontakan sebagai reaksi atas semua kebijaksanaan kontroversial itu. Para pemberontak menetapkan tanggal yang sama untuk berangkat ke Kota Madinah, jumlah mereka mendekati 2.000 orang dan di Kota Madinah mereka menuntut Utsman turun dari jabatannya, tetapi ditolak Khalifah, mereka mengepung rumah Utsman dan terjadilah pembunuhan terhadapnya oleh pemberontak.

Lain halnya dengan Umar ibn Khattab, ketika diangkat menjadi khalifah (13-23 H), dia adalah seorang pejabat Negara yang profesional dan terpercaya. Hal itu dilihat dari sifat-sifat yang dimilikinya sewaktu diangkat menjadi khalifah dia terkenal sebagai seorang pemberani, tegas, terpercaya, sederhana sehingga dia digelar al-Faruq artinya yang tegas dalam membedakan yang batil dan yang benar.

Beliau adalah seorang kepala Negara yang berwibawa dan disegani semua orang, baik bawahan maupun rakyatnya, jelas siapa yang bawahan, siapa yang atasan. ‘Amr ibn ‘Ash saja yang terkenal hebat dan santing itu,tidak bias berkutik di hadapan Umar ib Khattab. Pernah terjadi, rakyat Mesir dicambuk secara tidak adil oleh gubernurnya ‘Amr ibn ‘Ash, rakyat Mesir itu mengadu kepada Umar ibn Khattab sewaktu beliau berkunjung ke Mesir. Saat itu juga Umar memanggil gubernur tersebut, setelah menanyakan kebenaran dari pengaduan rakyat Mesir itu, ‘Amr mengakui kesalahannya, maka Umar menyuruh rakyat Mesir itu menyambuk ‘Amr ibn ‘Ash seperti yang dilakukan ‘Amr kepadanya.

Dia mengontrol secara aktif para gubernur yang diangkatnya dengan cara berkunjung ke wilayah secara berkala, terkadang beliau tinggal di wilayah itu beberapa hari untuk menanyakan rakyat tentang perilaku gubernur  kepada mereka. Beliau juga blusukan ke perkampungan-perkampungan rakyatnya untuk melihat dan mendengar secara langsung keluh kesah mereka. Kehidupan keseharian beliau sangat sederhana, dia tidak mau tidur di atas kasur  yang harganya 19 juta dirham, sementara rakyatnya tidur di atas daun korma yang dianyam.

Dia mengerti mengurus Negara, melakukan  penertiban administrasi Negara yang dibaginya kepada beberapa wilayah yang sebelumnya belum ada, mengangkat sekretaris Negara, mendirikan pengadilan Negara, membentuk jawatan militer, untuk menjaga tapal batas wilayah Negara, membentuk baitul mal  untuk mengurusi  keuangan Negara, menciptakan mata uang Negara sebagai alat tukar resmi dari Negara, mengatur sistem pembayaran pajak Negara, menciptakan kalender Islam yang sampai sekarang masih dipakai.

Demikian banyaknya penerimaan Negara, sehingga diluar biaya rutin Negara untuk membayar pejabat Negara, masih tersisa uang untuk memberikan tunjangan kepada warga Negara. Oleh karena itu, warga Negara mendapat tunjangan dari Negara. Tunjangan tertinggi diperoleh oleh istri Nabi ‘Aisyah binti Abu Bakar sebanyak 120.000 dirham, tunjangan terendah diperoleh anak-anak dan ibu-ibu rumah tangga  sebanyak 600 dirham, masing-masing untuk satu tahun. Begitu banyaknya uang Negara yang tersimpan di kas Negara sampai rakyat mendapat tunjangan dari Negara. Itulah contoh pejabat Negara yang profesional dan terpercaya, dia dapat mengurus Negara tidak menjadi urusan Negara.

Rabu (9/12) kita sudah menyelenggarakan pilkada serentak akan dilaksanakan untuk memilih pejabat Negara yang akan mengurus Negara ini, semoga yang terpilih profesional dan terpercaya. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Diposkan oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)

Dikutip dari Riau Pos Edisi Jumat, 11 Desember 2015

redaksi@uin-suska.ac.id