web analytics

Wahai Pemimpin Junjungan Negeri (Prof. Dr. Alaidin Koto)

Guru besar Fiqh Siyasah Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau

Pemimpin suatu negeri tidak ubahnya bagaikan junjungan bagi tanaman. Pada junjungannyalah tanaman bergantung, dan dengan junjungannya pulalah mereka hidup. Di tubuh junjungan mereka berkembang dan berbuah, di tubuh junjungan juga mereka bisa memberi makna kepada yang lain. Namun begitu, bila salah memilih junjungan, dengan junjungan juga mereka jatuh, terinjak orang di atas tanah, akhirnya mati menanggung derita.

Junjungan yang kuat membuat rakyat hidup penuh optimis, walau badai menghempas, walau guntur dan kilat sambar menyambar, petir  menghantam silih berganti. Itulah junjungan sejati, junjungan yang berdiri tegak di hadapan rintangan, junjungan yang tidak takut hancur melindungi rakyat dari ancaman. Itulah tiang sebenar tiang, tiang yang hidup laksana kayu besar di tengah padang. Uratnya menghunjam bumi cari nutrisi, dahannya mengepakkan daun lindungi negeri, pucuknya menjulang langit tangkap cakrawala hantarkan wawasan untuk anak negeri. Tempat berteduh di kala panas, tempat berlindung ketika hujan. Itulah dia pemimpin sejati. Pemimpin yang bukan cari sensasi pemimpin yang sadar bahwa jabatan adalah amanah tempat beribadah kepada ilahi.

Banyak yang pesimis, pemimpin tipe seperti itu kini seakan hanya ada dalam mimpi. Tetapi, bukankah mimpi adalah juga harapan yang mesti diraih walau harus dengan susah payah setap hari? Bukankah tokoh-tokoh besar dunia dari dulu sampai kini adalah para pemimpi ?  Bukankah para pejuang adalah juga pemimpi? Bukankah juga mimpi adalah harapan, bukan khayalan yang ada di angan-angan? Prestasi-prestasi besar pada umumnya berawal dari mimpi para pejuang di bidangnya masing-masing. Sehingga, tidak mustahil pula pemimpin yang pada hari ini dilantik sebagai wali kota dan bupati membuat mimpi menjadikan dirinya sebagai pemimpin yang diidamkan sesuai dengan yang dituntunkan oleh ilahi. Tidak ada yang mustahil selama ada niat yang tulus, untuk apa menjadi pemimpin, selama ada usaha yang sungguh-sungguh, untuk membuat negeri menjadi kuat dan ampuh.

Maka, sempena hari pelantikan para wali kota dan bupati menjadi junjungan negeri, khususnya Riau negeri pertiwi, mudah-mudahan untaian kata berikut ini dapat direnungkan sebagai bagian  kecintaan  dari rakyat yang merindukan keadilan dan kesejahteraan.

Wahai pemimpin junjungan negeri/ Junjunglah amanah sepenuh hati/ Hayatilah ia sebagai titipan Ilahi/Akan ditanya di akhirat nanti.

Ingatlah wahai pemimpin ummah/ Riau negeri penuh nikmah/Kini  hidup terengah-engah/Karena banyak orang yang berulah.

Jadilah pemimpin diridhai Allah/ Jauhi sifat orang khianah/ Berjanji benar datangkan maslahah/ Berlakulah adil tinggalkan serakah.

Berdirilah di atas semua golongan/ Lindungi yang lemah dari kezaliman/ Jaga negeri dari kehancuran/ Niscaya Allah turunkan perlindungan.

Jangan lemah di depan yang serakah/ Negeri hancur dilapah-lapah/ Rakyat menangis tanahnya dijarah/ Masa depannya gelap tak tentu arah.

Jadilah pemimpin yang diridhai Allah/ Hidupnya lurus menjaga amanah/ Rakyatnya sehat beroleh rahmah/ Negerinya makmur hidup bermarwah.

Janganlah jadi pemimpin yang dimurkai Allah/ Hidupnya sibuk mengejar tuah / Rakyatnya sakit hidupnya susah/ Negerinya hancur dilanda musibah.

Wahai pemimpin bijak bestari/ Dengan amanah hendaklah berhati-hati/ Karena di situ  terletak kasih atau murka Ilahi/ Agar hidup berkah sampaikan nanti.

Wahai pemimpin tempat mengadu/ Dengan rakyat hendaklah menyatu/ Jauhi sifat orang penipu/ Kepercayaan orang jadikan taruhan imanmu.  

Wahai pemimpin penjaga negeri/ Bertanyalah kepada orang yang mengerti/ Bertemanlah kepada orang yang peduli/ Jauhi orang yang berhati dengki.

Wahai pemimpin sosok idaman/ Berhati-hatilah mengambil teman/ Setiap yang dekat belum tentulah aman/ Apalagi  ia banyak kepentingan.

Wahai pemimpin tumpuan rakyat/ Ariflah dengan orang dekat/ Apalagi ia jauh dari rakyat/ Hanya tahu kepentingan sesaat.

Wahai pemimpin hamba Tuhan/ Partai politik hanyalah sampan/ Janganlah sampai dijadikan tuan/ Mengatur arah pemerintahan.

Apalagi penyandang dana/ Jangan biarkan menjadi raja/ Rakyat merana karena kecewa/ Allah murka bencana tiba.

Ingatlah Tuhan sepanjang jabatan/ Ingatlah rakyat yang menantikan/ Bukan hanya untuk sekadar makan/ Lindungi mereka dengan keadilan.

Engkau  tinggi karena ditinggikan/ Engkau besar karena dibesarkan/ Rakyat semua yang melakukan/ Untuk merekalah jabatan Engkau pertaruhkan.

Ingatlah wahai para pemimpin/ Kekuasaan di tangan amanah Tuhan/Janganlah ia disia-siakan/ Di akhirat kelak dipertanggungjawabkan.

Berpihaklah kepada yang lemah/ Jauhi sifat tamak serakah/ Di situlah jabatan menjadi berkah/ Makmur negeri dirahmati Allah.

Tunduklah kepada perintah Allah/ Jadikan wahyu penuntun perintah/ Hadis Nabi jadikan pedoman/ Agar negeri sentosa sepanjang zaman.

Dengan ilmu janganlah jemu/ Dengan agama jangan berpura/ Kumpulkan ia menjadi satu/ Dalam menuntun kebijakanmu.

Jadikan pengalaman sebagai guru/ Siapa penipu siapa pembantu/ Bila sesat di ujung jalanmu/ Kembali ke pangkal janganlah malu.  

Jauhi sifat orang pendendam/ Diamuk benci siang dan malam/ Keadilan jadi terabaikan/ Lupa kepada pringatan Tuhan.

Sifat pemaaf tanda terhormat/ Pakaian orang yang tahu harkat/ Tujuan hidupnya melindungi rakyat/ Yang tak suka pun ikut selamat .

 Hidup di dunia hanya sementara/ Begitu juga jabatan yang sering dibangga/ Jadikan ia jembatan ke surga/ Jangan biarkan menjadi penyebab masuk neraka.

Akhirnya tahniah aku ucapkan/ Inilah saatnya untuk membuktikan/ Niat dan janji yang telah Tuan ucapkan/ Tuhan merekam setiap tindakan.

Selamat mengabdi wahai tuan-tuan/ Peganglah sungguh-sungguh Firman Tuhan/ Sebagai pedoman sepanjang jalan/ Rakyat menanti penuh harapan.

 

Diposkan oleh Tim LIputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)

Dikutip dari Riau Pos Edisi Rabu (17 Februari 2016)

redaksi@uin-suska.ac.id