web analytics

Menuju Kebangkitan Generasi R (Mustafa, S.Sos, M.I.Kom)

Dosen Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska Riau

Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya. Ungkapan ini sebenarnya bermakna bahwa semua orang punya potensi untuk berbuat sesuatu pada usia keemasannya, dan tentu ada masa dimana dia akan digantikan oleh orang lain pada pergantian masa yang akan dilaluinya kelak.  Ragam sejarah telah mengajarkan kita bahwa banyak orang yang sukses karena mampu memanfaatkan momentum yang ada, namun pada saat yang sama, banyak orang yang jatuh karena tidak siap menghadapi pesaing-pesaing baru dalam dunia yang semakin pelik saat ini.

Dalam dikotomi dulu dan kini, kita mengenal penamaan generasi yang dibuat oleh para ahli demografi dunia. Teori generasi pertama kali diperkenalkan oleh William Strauss dan Neil Howe (1991). Dalam buku-buku mereka Generations (1991) dan The Fourth Turning (1997), Strauss dan Howe membahas kesenjangan generasi antara Baby Boomers dan orang tua mereka dan meramalkan tidak akan ada kesenjangan generasi antara generasi millennial dengan orang tua mereka. Mereka  mengidentifikasi siklus generasi di Amerika Serikat yang berbeda antargenerasi. Menurut Strauss dan Howe ada lima kelompok generasi yang lahir dalam rentang waktu seratus tahun terakhir yaitu Traditionalist, Baby Boomers, Gen X, Gen Y dan Gen Z.

Dari yang loyalis dan mau berkorban (Traditionalist),  atau yang mengutamakan presitise (Baby boomers) , generasi berganti menjadi Generasi X yang populer dengan sebutan Gen X yang cenderung suka nama besar orang tua mereka. Gen ini juga menjadi saksi kelahiran internet dan teknologi yang mengubah cara berinteraksi dan mencintai pekerjaan.  Juga ada generasi yang percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk sukses dan mereka siap untuk menjadi pembelajar seumur hidup (Gen Y) yang juga memiliki tingkat harga diri dan menganggap diri lebih baik atau narsis yang lebih besar dari generasi sebelumnya. Dan tentu saja  ada generasi yang memiliki akses pengetahuan sumber daya yang lebih melalui jaringan internet dan lebih akrab dengan teknologi semenjak kecil (Gen Z).

Di tengah tipologi yang mengemuka itu, ada kebangkitan lain yang lebih sektoral terlihat dari ruang kehidupan masyarakat dunia saat ini, yakni kebangkitan generasi M atau Moslem Generation. Adalah Shelina Zahra Janmohamed melalui bukunya berjudul Generation M: Young Muslims Changing the World  pada 2016 yang menceritakan perkembangan Islam di era milenium ini. Shelina menguraikan dalam bukunya bahwa anak muda muslim generasi masa kini bangga dengan keyakinan mereka dan menjadikan dunia tempat yang lebih baik. Anak-anak muda ini konsumen yang antusias, dinamis, membaur, kreatif, dan menyukai tantangan. Generasi ini adalah orang yang cinta semua yang halal. Mulai dari fashion, makanan dan termasuk wisata dan gaya hidup yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Namun demikian geneasi M bukanlah generasi yang tradisionalis yang ketinggalan perkembangan zaman. Mereka mengadopsi berbagai pengetahuan dan kemudian melakukan inovasi dan berbagai terobosan untuk kehidupan yang lebih baik.

Menurut Yuswohadi penulis buku #GenerationMuslim (2017) Jumlah Gen-M terus meningkat dari tahun ke tahun, diperkirakan mencapai 26,4 persen dari keseluruhan populasi dunia atau sejumlah 2,2 miliar jiwa di 2020. Jumlah ini meningkat 0,4 miliar dari 2012. Gen-M sebuah potensi pasar yang besar bagi produk-produk yang menyasar segmen kaum muslim.  Dia  bahkan memperkirakan empat tahun ke depan, populasi penduduk Islam di Indonesia mencapai 233 juta jiwa. Prediksi ini berdasarkan data yang diolah dari Boston Consulting Grup (BCG) yang memperkirakan pada 2020 Indonesia dihuni oleh 267 juta jiwa, dengan jumlah kelas menengah 62,8 persennya atau 147 juta jiwa.  Moslem lifestyle tak hanya populer pada level budaya pop tetapi juga terkait dengan kesalehan dan kemanfaatan yang dibawa oleh ajaran Islam. Misalnya gaya hidup halal, pengolahan asset tanpa riba, kepedulian sosial melalui zakat, infaq dan sedekah. Maka dari Gen M mulai menuntut segala hal yang menjadi konsum mereka haruslah sesuai dengan syariah dan nilai-nilai Islam. Faktor ini pula yang memicu menggeliatnya industri halal, hijab, bank syariah, hotel syariah hingga wisata syariah.

Untuk menyuburkan pertumbuhan Generasi M ini, maka penulis berpendapat, Ramadhan adalah wadah yang paling tepat untuk membangun dan membangkitkan nilai-nilai keIslaman itu.  Inilah momen untuk lahirnya generasi baru yakni Generasi Ramadhan atau Generasi R.  Untuk menjadi Generasi R setidaknya ada beberapa hal yang harus dipenuhi sebagai upaya mengenali karakteristiknya. Pertama, Generasi R adalah insan Muslim yang cinta sholat berjamaah. Sholat berjamaah adalah sholat yang paling dianjurkan oleh Islam. Dan pahala mengerjakan sholat dengan berjamaah jauh lebih banyak daripada sholat sendirian. Salah satu ritual yang paling indah untuk dilihat saat bulan Ramadhan adalah banyaknya umat yang suka melaksanakan sholat berjamaah apakah itu sholat wajib yang lima waktu atau sholat Tarawih dan Witir di malam Ramadhan. Jika sholat berjamaah sudah menjadi gaya hidup anak muda muslim maka kita akan menyaksikan generasi yang tidak hanya suka ke masjid dan mushalla, tetapi juga suka bersilaturahmi karena di dalam sholat berjamaah terkandung nilai-nilai persatuan muslim yang erat, kolektifitas, dan disiplin kepada waktu.

Kedua, suka membaca, menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an.  Kitab suci Al-Qur’an adalah kitab suci yang tidak hanya memuat kabar kehidupan akhirat, atau ajaran keyakinan kepada Allah semata, tetapi dia juga merupakan ensiklopedia perkara-perkara dunia. Dia jawaban dari berbagai persoalan umat dari dulu hingga kini, dari hulu sampai ke hilir, dari yang besar sampai yang kecil. Oleh karena itu adalah menjadi wajib hukumnya bagi seorang anak muda muslim selaku generasi penerus untuk membacanya, menghafal dan tentu saja mengamalkan ha-hal yang terkandung di dalamnya. Generasi Ramadhan bukan hanya perkara busana, gaya hidup ketika berbuka dan sahur tapi yang lebih esensial adalah membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya.

Ketiga, Generasi R juga adalah generasi yang harus peduli kepada sesama. Ramadhan adalah bulan yang mewajibkan kepada orang beriman untuk berpuasa. Berpuasa sesungguhnya punya makna bagaimana kita sebagai muslim bisa merasakan penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara kita yang miskin atau tidak berkecukupan.  Oleh karena itu di bulan ini generasi Ramadhan harus punya sensitifitas sosial yang tinggi untuk membantu sesama. Dengan kegiatan sosial apakah itu bakti sosial, buka bersama yatim piatu di panti asuhan, zakat, infaq, dan sedekah, atau membantu penyalurannya maka Generasi Ramadhan sudah dapat membuktikan eksistensinya di tengah umat yang memang sangat membutuhkan uluran tangan mereka.

Keempat, Generasi R juga harus punya sifat yang rendah hati atau tidak sombong. Rendah hati adalah sifat yang seharusnya ada dalam setiap sanubari generasi. Dengan rendah hati maka rasa peduli sesama akan dapat dipupuk dengan baik, namun jika memiliki sifat sombong dalam hatinya maka yang muncul adalah rasa yang selalu merasa lebih hebat, lebih baik, dan tidak mau belajar atau mendengar nasehat-nasehat baik dari yang lebih tua, orang sebaya apalagi yang lebih muda.  Oleh karena itu Generasi R adalah generasi yang haus akan ilmu pengetahuan, nasehat yang baik, dan mau mendengar kritik orang lain terhadapnya. Dia tidak bersifat ekslusif dan mau melakukan perubahan baik bagi pribadi atau buat orang lain.

Kelima,  Generasi R harus membuktikan bahwa amaliyah di bulan Ramadhan akan dibawa sampai kedatangan Ramadhan berikutnya. Artinya dia harus menjadi insan yang konsisten akan jalan baik yang dia pilih akan Islam yang dia yakini baik dalam perkataan maupun perbuatannya. Konsistensi adalah ujian paling berat dalam laku generasi zama kini karena banyak godaan untuk meninggalkan atau bahkan berpikiran terbuka bahwa Ramadhan akan datang lagi tahun depan.

Jika kelima karakteristik ini ada pada sanubari generasi muda muslim. Maka kita tinggal menunggu waktu untuk menyaksikan momentum kebangkitan Islam di tengah peradaban dunia. Populasi yang besar di satu sisi memang membanggakan, namun yang lebih penting adalah populasi yang benar-benar memegang teguh ajaran Islam untuk ditunaikan selama-lamanya adalah hal yang mesti diperhatikan oleh kita semua.