web analytics

Berinteraksi dengan Alquran (Prof. Dr. Akhmad Mujahidin)

Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tiggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS Al-Baqarah: 185)

Alquran bukanlah untuk disenandungkan saja dan tidak pula untuk dinikmati kandungan dan isinya oleh akal dan kecerdasan intelektualitas saja. Akan tetapi wajib diyakini, dipahami dan diamalkan. Untuk itulah, mengamalkan Alquran adalah kewajiban agar benar-benar menjadi hidayah, rahmah, syifa’ dan tadzkirah bagi kita.

Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah) (QS. Thaha: 2–3)

Merasakan Mukjizat Alquran  yang meliputi: mukjizat kandungan dan isi Alquran. Mukjizat bahasa Alquran. Mukjizat scientific (ilmu pengetahuan) Alquran. Mukjizat hukum dan perundang-undangan.  Mukjizat pengobatan fisik dan psikis. Mukjizat sejarah  dan mukjizat analisa dan futuristik.

Hidup di bawah naungan Alquran adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui, kecuali oleh orang yang merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan Alquran itulah yang menyebabkan para sahabat, tabiin, tabiit-tabiin dan generasi Islam sepanjang masa mampu menikmati hidup di dunia dengan sangat produktif dan penuh amal saleh.

Bahkan berbagai ujian dan cobaan yang menimpa mereka di­sebabkan hidup di bawah naungan Alquran dan memperjuangkannya mereka rasakan sebagai minhah (anugerah) yang dirasakan manisnya. Bukan sebagai mihnah (kesulitan) yang menyebabkan mereka berpaling dan menjauh dari Alquran. Mereka benar-benar sebagai generasi qurani yang hidup dan mati mereka bersama Alquran dan untuk Alquran.

Terdapat perbedaan yang jauh antara generasi Qurani dengan generasi yang belum dibentuk karakternya, pemikirannya dan perilakunya oleh Alquran. Ge­nerasi qurani adalah generasi terbaik sepanjang zaman. Generasi yang mampu mengintegrasikan antara ucapan, keyakinan, dan perbuatan. Hidup dan matinya untuk Islam dan umat Islam. Setiap langkah hidupnya didasari Alquran. Apa yang diperintah Alquran mereka kerjakan dan apa saja yang dilarang Alquran mereka tinggalkan.

Sebab itu mereka telah tersambung selalu dengan Allah SWT dalam semua ucapan, langkah dan perbuatan. Sedangkan generasi yang bukan atau belum dibentuk Alquran adalah generasi yang kontradiktif dan paradoks. Karakter, pemikiran dan perilakunya bertentangan dengan Alquran, kendati mereka hafal Alquran, memahami kandungan Alquran, fasih berbahasa Alquran dan bahkan mungkin juga membagi-bagikan Alquran kepada masyarakat dengan gratis.

Oleh sebab itu, tidak heran jika situasi dan kondisi yang dialami oleh generasi qurani sangat jauh berbeda dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh generasi yang bukan terbentuk berdasarkan Alquran. Generasi qurani adalah generasi yang cemerlang. Generasi yang semua potensi hidup yang Allah berikan pada mereka dicurahkan untuk meraih kesuksesan di akhirat, yakni surga Allah. Dunia dengan segala pernak-perniknya, di mata mereka, tak lain adalah sarana kehidupan yang hanya dicicipi sekadar keperluan. Orientasi utama hidup mereka adalah kehidupan akhirat yang kekal abadi dan tidak bisa dibandingkan sedikit pun dengan dunia dan seisinya.

Allah berfirman: Katakanlah (wahai Muhammad SAW)! Maukah Kamu aku kabarkan dengan yang jauh lebih baik dari itu semua (harta, wanita, anak, istri dan seterusnya)? Bagi mereka yang bertakwa, akan mendapatkan di sisi Tuhan Penciptanya Surga yang mengalir dari bawahnya berbagai macam sungai. Mereka kekal di dalamnya dan ada istri-istri yang suci (tidak haid dan tidak berkeringat) dan juga keridhoan dari Allah (jauh lebih besar bagi mereka) dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 15)

Lain halnya dengan generasi yang karakter, pemikiran dan perilakunya tidak dibentuk oleh Alquran. Mereka akan mencurahkan semua potensi diri yang Allah berikan kepada mereka untuk kepentingan hidup di dunia yang sementara ini. Sebab itu, pola pikir dan gaya hidup mereka hanya terfokus pada kehidupan dunia. Kalau pun ada untuk akhirat, itu pun hanya waktu sisa, harta sisa dan sisa-sisa ilmu dan tenaga. Tak diragukan lagi, hidup mereka bagaikan hewan dan bahkan lebih rendah dan lebih sesat lagi. Orang-orang seperti ini, di akhirat kelak akan hina dan akan menjadi penghuni neraka, kendati di dunia secara formal sebagai muslim, hidup di komunitas muslim dan sebagainya.

Alquran itu telah berhasil memberikan pencerahan kepada manusia terkait dahsyatnya kehidupan akhirat, di mana sebelum mereka berinteraksi dengan Alquran mereka hanya mengetahui kehidupan dunia. Bahkan Alquran itu telah pula berhasil menjelaskan hakikat Tuhan Pencipta, hakikat alam semesta, hakikat manusia, hakikat kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Agar kita dan generasi kita dapat hidup dengan karakter Alquran dan merasakan langsung kedahsyatannya, yang harus dilakukan tidak lain kecuali kita dan generasi kita harus mampu berinteraksi dengan Alquran. Agar interaksi dengan Alquran maksimal dan melahirkan hasil yang diharapkan, kita harus pula memahami metode berinteraksi dengan Alquran.

Berinteraksi dengan Alquran untuk membentuk karakter dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:  Meyakini Alquran itu datang dari Allah. Meyakini kebenaran isi Alquran. Menerima Alquran dengan hati terbuka dan suka cita. Memahami tujuan Alquran diturunkan Allah. Memahami dan meyaksikan mukjizat Alquran. Menjadikan Alquran sebagai petunjuk hidup (the way of life). Menjadikan Alquran sebagai peringatan. Semoga Allah SWT membantu dan menolong kita dalam berinteraksi dengan Alquran, agar kita merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Alquran dan mejadikan Alquran sebagai dusturul hayah (sistem hidup).
Dikutip dari Riau Pos Edisi Kamis, 24  Mei 2018