web analytics

Profil Prof. Dr. Leny Nofianti MS., S.E., M. Si., Ak Guru Besar Termuda di UIN Suska Riau

uin-suska.ac.id Terhitung 1 Oktober 2019, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia mengeluarkan surat keputusan tentang Kenaikan Jabatan Akademik/ Fungsional Dosen Dr. Leny Nofianti MS., S.E., M. Si., Ak, CA menjadi Profesor atau Guru Besar dalam Bidang Ilmu Akuntansi. Pengangkatan ini sekaligus menjadikan Leny Novianti sebagai satu-satunya profesor perempuan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Lahir dan besar di lingkungan keluarga yang peduli dengan pendidikan menjadikan Leny Nofianti tumbuh menjadi sosok yang konsisten dalam mengejar ilmu dan prestasi. Keteguhannya dalam menuntut ilmu, lingkaran keluarga yang saling mendukung serta ridho dari suami dan orangtua mengantarkan wanita kelahiran Sungai Salak, 44 tahun silam ini menjadi seorang Profesor.

Anak ke sembilan dari sepuluh bersaudara ini tumbuh berprestasi tak lepas dari panutan yang diberikan oleh ayah, abang dan kakak-kakaknya. Mereka memilih hidup sederhana dengan pendidikan yang lebih tinggi di rantau dibandingkan hidup berkecukupan di kampung halaman. Ayahnya, almarhum Mustafa Jalal, yang pada masa itu menjadi Kepala Kantor Departemen P dan K Gaung Anak Serka di Teluk Pinang memiliki peran yang sangat besar dalam hal ini. Memutuskan pindah ke Pekanbaru dengan mempertaruhkan jabatannya menjadi pegawai biasa demi Pendidikan anak-anaknya yang lebih baik.

“Ada syarat yang disampaikan oleh Ayah pada waktu itu, kalau anak-anak Ayah mau kuliah maka harus kuliah di universitas negeri karena kalau swasta, Ayah tak sanggup membiayai, karena akan ada masanya Ayah mengkuliahkan empat anak sekaligus. Tekad inilah yang dibawa oleh abang-abang dan kakak-kakak dalam mencari ilmu,” tutur ibu dari tiga putri ini.

Alumni SMU 8 Pekanbaru ini sebenarnya bercita-cita ingin menjadi dokter. Namun keinginan ini harus terkubur. Dikemudian hari baru ia mengetahui, bahwa ternyata ada do’a ibunda dibalik kegagalan untuk masuk ke fakulas kedokteran. “Mama ternyata berdo’a, seandainya masuk Kedokteran, ayah pasti gak sanggup untuk membiayai, jadi mama berdo’a agar lulus di pilihan yang lain saja. Hal ini baru terlontar oleh mama kepada cucunya, dan diceritakan kepada saya,”ungkapnya.

Menikah dengan Pahrurrozi, SP, MMA, seorang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Riau, menjadi langkah awal peran ganda yang harus dilakoni oleh alumni Universitas Riau jurusan Akuntansi ini. Menjadi perempuan yang harus mampu membagi waktu antara pekerjaan, pendidikan dan keluarga. Menjalani Pendidikan S2 di Universitas Padjadjaran dalam kondisi hamil anak kedua tidak menghalangi langkahnya untuk menyelesaikan Pendidikan tepat waktu.

Ditahun 2008, Ia mengikuti Pendidikan Doktor di kampus yang sama dengan membawa dua orang anak yang masih balita, Faira Fidella, dan Annifa Filza Syafira untuk ikut ke Bandung, jauh dari suami dan keluarga. Perjuangannya tidak sia-sia, ia lulus dalam waktu tiga tahun dengan peringkat Cumlaude. Dalam tahapan memenuhi persyaratan menuju Guru Besar, ia kembali dianugerahi seorang putri, Aisyah Nadya Khairani yang saat ini berusia 1 tahun 8 bulan. Dukungan dari keluarga dan ridho dari suami memudahkan langkahnya untuk menjalani peran yang diamanahkan dengan sebaik-baiknya

Setelah menyelesaikan S3, pengurus Ikatan Akuntan Indonesia wilayah Riau ini berazam untuk konsisten melakukan penelitian minimal satu kali dalam satu tahun dan mempublisnya, selain itu ia juga rutin mengikuti Konferensi Internasional di berbagai negara. Tercatat ada 30 hasil penelitian, 19 publikasi jurnal, 10 proceeding serta 10 buku dan artikel koran yang dipublikasikan

“Ternyata begitu kita mengajukan untuk menjadi guru besar, tulisan-tulisan kita itu sangat membantu untuk memenuhi kum sebagai guru besar. Jadi saya melakukannya tidak langsung besar tapi bertahap dan konsisten. Minimal dua aktifitas untuk penulisan karya ilmiah itu harus ada,” Jelasnya.

Agar target menulis dan mempublis tulisan dapat terjaga, sekaligus untuk memotivasi rekan-rekannya di kampus, Dosen Teladan tingkat Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial Tahun 2008 ini bersama rekan-rekannya membentuk tim peneliti yang bergerak bersama melakukan penelitian, mengikuti konferensi-konferensi internasional juga mengejar berbagai bantuan penelitian.

“Kami membentuk tim peneliti khusus di prodi Akuntansi. Kita bentuk tim yang solid untuk bisa sama-sama ikut international conference dan mengejar grant. Saya juga menggandeng mahasiswa yang dianggap cakap, komunikatif dan memiliki semangat juang tinggi untuk menjadi tim penelitian payung. Mereka harus bersedia membaca jurnal internasional dan saya bimbing agar penelitiannya memiliki keunggulan dibanding penelitian-penelitian sebelumnya. Jadi sekarang tidak hanya dua tulisan saja yang bisa dipublis tapi bisa tiga hingga empat,” ujarnya menjelaskan.

Proses berliku menuju guru besar sudah dijalani, namun menurut Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial ini Beban berat justru dirasakan setelah mendapat anugerah, gelar guru besar.

“Saya merasa bukan berarti harus berhenti tapi justru harus lebih banyak berkiprah, lebih bermanfaat bagi orang banyak. Tidak hanya kepada manusia tapi juga peningkatan ibadah kepada sang khalik,”tutupnya.

 

Humas UIN Suska Riau

Penulis : Khalidah Aini, SE