web analytics

FTK Virtual Conference Series 5; Membangun Kepribadian Bangsa Melalui Sejarah dan Budaya

uin-suska.ac.id Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Suska Riau kembali mengadakan Virtual Conference (VC). Ini merupakan seri kelima yang diadakan FTK dengan mengangkat tema “Membangun Kepribadian Bangsa Melalui Sejarah dan Budaya”. VC yang di adakan pada Rabu, 29 Juli 2020 pukul 08.30 via Zoom dan juga bisa juga dilihat di youtube FTK UIN Suska.
Dr. H. M. Syaifuddin , S.Ag, M.Ag selaku dekan FTK membuka acara FTK virtual Confrence seri kelima ini secara langsung, dalam sambutannya beliau memberikan apresiasi kepada panitia VC. “Virtual Conference yang di adakan saat ini adalah sesi yang kelima, atas nama pimpinan saya menyampaikan apresiasi dan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada teman- teman yang mengadakan diskusi ini. Diskusi ini tidak hanya diikuti oleh warga internal FTK saja tetapi juga warga External FTK. Salah satu misi Perguruan Tinggi adalah bagaimana menyebarluaskan ilmu pengetahuan kepada halayak, sehingga diharapkan perguruan tinggi sebagai Center of Excelent”. Ungkap Syaifuddin. Selain itu, Beliau juga berharap kegiatan ini terus berjalan dengan baik dan semua peserta selalu aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan FTK Virtual Conference.

IMG-20200729-WA0019
Pada FTK Virtual Confrence seri kelima ini ada 3 narasumber dengan mengangkat tema yang berbeda-beda. Narasumber pertama adalah Dr. Sukma Erni, M.Pd dengan tema Pembelajaran IPS berbasis sejarah dan budaya. “Ketika kita berbicara tentang sejarah dan kepribadian bangsa, berdasarkan budaya dan sejarah maka kita memulai suatu proses yang panjang. Proses ini tidak bisa kita lakukan secara personal tetapi butuh bergandengan tangan dengan saling asah, asih asuh terutama kita yang bergerak di bidang pendidikan ini untuk menyatukan langkah mengayunkan tangan membangun kepribadian berdasarkan talenta-talenta, keunikan-keunikan yang sudah kita miliki dalam budaya ataupun sejarah kita. Baik informasi budaya yang tertulis maupun lokal wisdom (biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut). Mari kita mulai jika selama ini kita belum bergandengan tangan mari kita mulai bersama-sama membangun kepribadian bangsa kita melalui aplikasi yang kita miliki di kelas kita, di kampus kita, di lingkungan kita dengan mendasarkan diri pada budaya-budaya dan sejarah–sejarah yang positif yang memungkinkan untuk di kembangkan” ujarnya.

IMG-20200729-WA0017
Narasumber kedua adalah Dr. Yasnel, M.Ag dengan tema Pentingnya Pembelajaran Sejarah dalam Membengun Kepribadian Bangsa. Dalam pembahasannya beliau menyampaikan harapannya bagi bapak/ibu yang memgang mata kuliah sejarah agar membangun kepribafian anak didik sebagai baguan dari bangsa ini. “Memang ada tuntutan bagi yang mengajar sejarah memandangnya sebagai ibadah dan ketika itu di pandang sebagai ibadah tentunya ada penanaman nilai-nilai yang ada dalam kajian sejarah itu bagi anak menjadi target yang tidak bisa di hindari. Jika hanya sebatas menyampaikan sejarah itu hanya menyelesaikan tugas saja” ujar Yasnel.
Dr. Elya Roza M. Hum sebagai pembahas pada VC ini menjelaskan bahwa ada tiga fungsi dari pembangunan kepribadian bangsa. Pertama adalah fungsi pembentukan dan pengembangan potensi diri dengan membentuk pengembangan potensi diri manusia agar berfikiran baik, berhati baik, berprilaku baik sesuai dengan filsafah hidup kita dengan Alqur’an dan hadist dan falsafah negara yaitu Pancasila. Kedua harus berfungsi perbaikan dan penguatan yakni dengan memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negaranya dan membangun bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera. Ketiga adalah fungsi penyaring yakni memilah budaya dan sejarah bangsa sendiri kemudian menyaring budaya bangsa lain ataupun menyaring sumber-sumber lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sejarah dan budaya serta kepribadian bangsa kita.
“Melalui pendidikan sejarah dan budaya akan bisa membentuk kepribadian bangsa salah satunya adalah melalui kearifan lokal yang saling menghargai demi kesatuan dan persatuan bangsa. Pendidikan sejarah dalam era globalisasi seperti sekarang ini sangat diperlukan agar bangsa kita memiliki kepribadian bangsa dan kesadaran sejarah yang kuat. Pendidikan sejarah diharapkan mampu menyadarkan siswa bahwa pada saat ini aktualisasi nasionalisme tidak dalam bentuk perlawanan terhadap kolonialisme atau mewujudkan kemerdekaan melainkan mempertahankan dan meningkatkan sikap dan kesadaran, keterampilan dan perilaku sosial yang lebih baik untuk diri sendiri sebagai individu maupun sebagai bangsa” tambah M. Iqbal Lubis, M.Si selaku Moderator Virtual Confrence dipenutup acara diskusi.

Penulis : Sukmawati

Editor : Azmi