uin-suska.ac.id Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Suska Riau kembali mengadakan Virtual Conference (VC) pada Senin, 10 Agustus 2020 pukul 8.30-11.30 WIB. FTK Vitual conference Series–6 ini mengangkat tema Bedah Buku : Konstuksi Teori Belajar Qur’ani. Narasumber dalam VC ini adalah Dr. Kadar, M.Ag, penulis buku Konstruksi Teori Belajar Qur’ani dengan Pembahas pertama, Prof. Dr. Amril M, pembahas kedua, Dr. Harmaini, S.Psi, M.Si. ( Dosen Psikologi UIN Suska Riau ) dan Dr. Fitra Herlinda, M.Ag sebagai moderator.
“VC kali ini memang spesial karena membahas tentang tinjauan-tinjauan bagaimana belajar yang baik menurut Alqur’an dan dikaitkan dengan aspek-aspek psikologi yang akan di bahas oleh Dr. Armaini dan yang terkait dibidang pemikiran pendidikan akan dibahas oleh Prof. Amril. Dengan membaca Bismillahhirrohmanirrohim kegiatan webinar seri ke 6 bedah buku Konstruksi Teori Belajar Qur’ani yang akan disampaikan Dr. Kadar M. yusuf kita buka secara resmi”. ujar dekan FTK Dr. H. M. Syaifuddin, S.Ag, M.Ag yang secara resmi membuka acara VC bedah buku tersebut.
Pada pembukaan Conference bedah buku, Dr. Kadar, M.Ag menjelaskan secara ringkas isi buku Konstruksi Teori Belajar Qur’ani. “Buku ini terbit dipenerbit “Literasi Nusantara” Malang, September 2019, terdiri dari lima bagian: Bagian pendahuluan. Bagian ini menganalisis teori belajar konvensional. Penulis pada ujungnya berkesimpulan bahwa teori belajar konvensional kurang komprehensif. Maka penulis berpandangan perlunya menkonstruksi sebuah teori yang melihat belajar itu secara komprehensif. Di sini penulis menawarkan teori belajar Qurani. Pada bagian kedua, penulis memperbincangkan istilah-istilah yang digunakan Alquran yang relevan dengan belajar. Hal ini merupakan langkah awal dalam merumuskan teori belajar Qurani. Sedangkan bagian ketiga dan keempat merupakan isi utama tentang teori belajar Qurani, kedua bagian ini masing-masing diberi judul dengan sumber dan aktivitas belajar, serta hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan belajar. Adapun bagian kelima adalah penutup”. jelas Dr. Kadar.
“Saya sedikit masuk tentang masalah buku teori belajar Qur’ani, saya ingin melihat dari sudut implikasinya karena bagaimanapun juga apa yang di sampaikan Pak Kadar saya setuju karena kita satu warna tetapi saya ingin sedikit menyoroti ketika bicara teori, paling tidak dalam filasafat Ilmu Teori meliputi logico hypothetico verificative baru dia bisa di katakan teori. Logis itu memuat kebenaran koherensi dan korespondensi. Hypotesisi adalah sebuah pernyataan yang belum diketahui benar atau salah tetapi menjadi titik tolak untuk mendeduksikan kesimpulan. Jadi sebuah teori dikatakan teori apabila kekonsistenan antara preposisi dengan preposisi (koherensi) serta preposisi dengan fakta (korespondensi) yang dihasilkan oleh pengujian deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dan dalam kajian ilmiah itulah yang bisa dikatakan teori. Saya tidak mau mengatakan kalau apa yang dipakai Pak Kadar dengan bahasa teorinya tidak tepat, tetapi saya ingin menyampaikan dari sudut pandang bahwa apa yang di katakan teori itu memenuhi hal- hal yang seperti ini, mungkin kalau saran saya berdasarkan kajian yang seperti ini mungkin yang mendekati itu bukan teori tetapi pemikiran jadi judulnya Konstruksi Pemikiran Belajar Qur’ani. Kenapa begitu, karena apa yang saya baca dari buku Pak Kadar masih sangat kurang meliputi dari tuntutan logico hypothetico verificative ini. Tetapi secara umum sudah sah dipakai”. Ungkap Prof. Amril sebagai pembahas pertama.
Sementara itu, Dr. Harmaini, S.Psi., M,Si selaku pembahas kedua menjelaskan pendapatnya mengenai bab I buku Konstruksi Teori Belajar Qur’ani. “Pada bab I pada bagian B tentang Psikologi , Pertama, saya melihat secara umum teori yang bapak buat pada buku itu lebih kepada konsep-konsep dasar. Jadi pengembangan teori itu tidak dijabarkan contohnya seperti teori tentang belajar. Kedua, Pengambilan sumber teori psikologi tidak langsung pada pendiri teori. Selanjutnya Penjelasan teori kurang komprehensif/lengkap sesuai keinginan penulisan. Kemudian Ada beberapa kutipan yang tidak menuliskan referensi (contohnya pada hal 31)”. Jelas Harmaini.
Di akhir VC moderator juga menyimpulkan apa yang di sampaikan pembahas secara singkat padat dan jelas “Belajar dalam Perspektif islam tidak hanya melibatkan indra lahir atau zahir saja tetapi juga melibatkan indara bathin sampai kedalam qolbu, belajar dalam islam bukan hanya sekedar melihat, mendengar tetapi juga menganalisis bahkan ada action yang kita lakukan, semakin banyak indra yang kita libatkan dalam pembelajaran tentu akan berpengaruh hasilnya kepada peserta didik kita, selain itu mengkaji Alqur’an tidak hanya mendapat hal-hal yang bersifat normatif saja tetapi juga banyak ilmu yang kita bahas dan kajian-kajian ilmiah yang kita perbincangkan”. tutup Fitra Herlinda.
FTK Virtual Conference series-6 ini juga bisa dilihat di Youtube FTK Uin Suska Channel
Penulis : Sukmawati
Photographer : Sukmawati
Editor : Azmi