oleh Dr Hidayatullah Ismail Lc MA (Dosen Prodi Hukum Keluarga Pascasarjana UIN Suska Riau)
Hari ini, betapa kita disibukkan oleh perdebatan panjang tentang menjaga ketahanan tubuh anak dari sisi fisik, agar anak terhindar dari berbagai macam penyakit. Berbagai tawaran hadir mencoba memberikan solusi baik dari medis maupun herbal dan masing-masing ada pengikutnya. Ini adalah bentuk perhatian dan kasih sayang yang Allah titipkan pada hati setiap orangtua. Namun seringkali perhatian itu hanya pada bentuk fisik dan yang tampak di luar, mengabaikan perhatian sisi fitrahnya. Padahal sisi fitrah itu jauh lebih penting dari pada fisik. Kalau fitrahnya terjaga maka tidak terlalu bermasalah jika fisiknya tidak sempurna.
Namun akan sangat bermasalah jika fitrahnya rusak walau fisiknya yang sempurna tidak ada cacat sama sekali. Sungguh anak-anak kita terlahir dalam keadaan fitrah, nabi saw bersabda: Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR. Bukhari) fitrah anak adalah Islam dan mengesakan Allah swt. Anak adalah amanah Allah kepada setiap orangtua. bentuk amanah yang harus ditunaikan adalah menjaga dan merawat fitrahnya. Agar anak tumbuh dalam keimanan dan kokoh menghadapi hantaman fitnah syahwat dan syubhat. Perhatian terhadap keselamatan fitrah generasi dan aqidah mereka adalah perbuatan para nabi dan rasul, lihatlah nasehat Ya’kub kepada anak-anaknya, sesungguhnya Allah telah memilihkan agama untuk kalian maka janganlah mati kecuali dalam keadaan Islam. (QS:2:132), jika masih perlu bukti lain lihatlah nasehat Lukman kepada anaknya wahai anakku, sungguh jika ada perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Maha lembut dan Maha Mengetahui (QS:31:16)
Muhammad Nur Wuwaid menyebutkan beberapa langkah untuk menjaga dan merawat fitrah keislaman generasi sebagai berikut: Pertama, mengajarkan kalimat tauhid. Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda: Mulailah membuka lisan anak kalian dengan mengucap Lailahaillallah, dan talqinkan ketika kematian tiba dengan laila haillallah. Ibnu Qayyaim berkata: apabila anak-anak sudah mulai berkata maka bacakanlah syahadat, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Jadikanlah hal yang pertama mengetuk telingannya adalah kalimat tauhid. Abdurrazaq meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw mengajari anak-anak dari bani hasyim apabila mereka sudah mulai fasih bicara dengan membacakan sebanyak tujuh kali firman Allah swt: katakanlah segal puji bagi Allah swt yang tidak memiliki anak, yang tidak memiliki syarikat dalam kerajaannya dan tidak ada penolong dari kehinaan dan agungkanlah Allah seagung-agungnya. (QS.17:111) Kedua, menanamkan kecintaan kepada Allah. Setiap anak menghadapi masalah yang berbeda-beda. Sikap anak dalam menyikapi dan menghadapi maslah juga akan berbeda-beda. Agar anak-anak bisa menghadapi masalah dengan tenang dan menyelesaikannya dengan baik. Maka solusi terhadap hal ini adalah dengan menanamkan kecintaan kepada Allah swt. Meminta tolong kepadaNya. Beriman dan taqdir Allah swt.
Memberikan solusi seperti ini adalah metode Rasulullah saw. Ibnu Abbas menceritakan bahwa Rasulullah pernah berkata kepadanya; Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya kamu akan dapatkan Allah didepanmu. Jika kamu berdoa berdoalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, minta tolonglah kepada Allah swt. Ketiga, menanamkan cinta kepada Rasulullah. Manusia secara umum akan meniru dan mencontoh perilaku seseorang yang dia kagumi, jika kita perhatikan kehidupan anak-anak para sahabat maka kita dapati bahwa Rasulullah menjadi orang yang paling dikagumi dalam hidup mereka. Sebagai bukti Ali bin Thalib seorang anak kecil mudah menerima Islam. Kisah lain dua anak muda pada perang badar yang tampa takut menghabisi abu jahal. Hal itu dilakukan oleh mereka karena mendengarkan berita bahwa bahwa abu jahal menghina dan mencaci maki Rasulullah saw. Keempat, mengajarkan Alquran kepada anak-anak . Al-Imam Assuyuti menjelaskan bahwa mengajarkan Alquran kepada anak merupakan pondasi dari pondasi Islam. Mereka akan tumbuh di atas fitrah. Akan masuk ke dalam hati mereka cahaya hikmah sebelum masuknya hawa nafsu, kemaksiatan dan kesesatan. Perhatian para sahabat keterikatan anak mereka dengan alquran sangat luar biasa.
Ibnu Suhnun menyebutkan. Qhodi Isa bin Miskin membacakan alquran kepada anak dan cucunya setiap sore. Anas bin malik mengatakan apabila dia mengkhatamkan al-quran mengumpulkan anak-anaknya. Kelima, mengokohkan aqidah dengan menyampaikan kisah para Nabi dan orang-orang saleh. Kisah merupakan kurikulum pendidikan Islam, bahkan hampir sepertiga Alquran berisikan kisah-kisah ummat terdahulu yang tentunya memiliki nilai pendidikan tinggi bagi ummat manusia. Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah kisah akan lebih mudah diterima, masuk ke dalam hati tanpa paksaan dan tanpa rasa digurui. Imam Ghazali dalam bukunya Ayuhal Walad artinya wahai anaknya, dia mengingatkan bahwa dalam mendidik anak salah satu cara adalah ta’widul wadal bial ahklaqil karimah; membiasakan anak-anak dengan akhlak yang mulia, sehingga anak tanpa terasa dia melaksanakan kebaikan. Membiaakan anak dengan perbuatan baik memang sangat sulit di awal, namun seterusnya mereka akan terbiasa. Biasa anak mengaji setiap setelah Salat Maghrib adalah warian orang tua kita sejak dulu. Jangan biarkan mereka memegang handphonenya, sebelum selesai mengaji ba’da magrhib. Insya Allah akan membekas dan terpatri dalam diri mereka sampai tua kelak. Jika tidak dari sekarang mereka tidak kita biasakan, kapan lagi?***
Telah di publikasikan di Riau Pos edisi 28 Februari 2022