uin-suska.ac.id Salah satu aspek terpenting dari puasa adalah kontrol diri. Kontrol diri adalah kemampuan individu untuk memandu, mengarahkan dan mengatur perilakunya dalam menghadapi stimulus sehingga menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari hal yang tidak diinginkan. Seorang ahli psikologi agama mengungkapkan bahwa orientasi religius intrinsik dapat memiliki konsekuensi positif, termasuk terhadap variabel kepribadian seperti kontrol diri, kecemasan, keyakinan irrasional, depresi, dan sifat yang lain. Apakah berpuasa adalah ungkapan orientasi religius intrinsik? Dapatkah puasa meningkatkan self control/kontrol diri?
Puasa sendiri adalah perwujudan dari keyakinan seseorang terhadap Allah. Orang yang berpuasa wajib seperti ramadhan menunjukkan maksud hatinya untuk selaras dengan keyakinan dan ajaran agama. Allah berfirman: ”Ia tidak makan dan minum dan meninggalkan nafsunya karena Aku. Puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya dan setiap kebaikan akan dibalas sepuluh kali lipatnya.” (HR Bukhari).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah : Rasulullah SAW bersabda, ”Puasa adalah perisai (dari api neraka). Maka, orang yang berpuasa janganlah berhubungan badan dengan istrinya atau berbuat jahil, dan apabila seseorang memaki atau mengajak berkelahi, katakan kepadanya, “Aku sedang berpuasa.’” Nabi SAW menambahkan, ”Demi Dia yang menggenggam jiwaku, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau misk. (Dan inilah perkataan Allah terhadap orang-orang yang sedang berpuasa), ”Ia tidak akan makan dan minum dan meninggalkan nafsunya karena aku. Puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya, dan setiap kebaikan akan dibalas 10 kali lipatnya. ” (HR Bukhari).
Penulis Artikel : Dr. Abu Anwar, M. Pd