Ramadhan telah memberi peluang yang luar biasa bagi kita Umat Islam. Pesan Rasulullah SAW kepada kita Umat Islam menyatakan bahwa bagi yang berpuasa dengan penuh rasa keimanan dan penuh perhitungan, akan memperoleh pengampunan dosa. Ditambah lagi pesan Rasulullah yang menginformasikan bahwa begitu Ramadan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka pun ditutup, serta para setan dibelenggu. Dua pesan ini sudah cukup untuk membuktikan kepada kita bahwa saat ini kita berada sebuah kesempatan emas. Pesan ini diceritakan oleh dua orang sumber yang valid Bukhari dan Muslim, keduanya bukan pesan hoax. Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apa dan bagaimana cara yang sudah kita lakukan dalam memanfaatkan peluang emas ini? Kini waktu masih tersisa lebih dari satu minggu lagi, apa yang mesti kita lakukan? Bila kita tidak bijak memanfaatkan peluang ini, maka kitalah yang disebut Allah dalam QS al-Ashr, sebagai manusia yang rugi sepanjang masa. Jadi, apa saja kiat praktis dalam membuat perhitungan untung rugi? Tulisan ini menjelaskan secara singkat empat kiat Analisis SWOT diri untuk mengisi Ramadhan yang tersisa.
Analisis SWOT adalah cara menghitung-hitung kekuatan (Strengths) yang kita miliki, juga kesempatan (Opportunities) yang ditawarkan, serta kelemahan diri (Weaknesses), dan juga tantangan (Treats) yang menghalangi kita untuk berbuat. Empat hal inilah yang perlu diperhitungkan jika kita ingin merencanakan secara strategis untuk mengisi Ramadhan yang tersisa ini. Dua aspek ada dalam diri kita yaitu kekuatan dan kelemahan, dan dua lagi ada di luar diri kita yaitu kesempatan. Agar kita tidak mengalami kerugian disebabkan karena tidak bisa menangkap peluang, maka kita mesti secepatnya menganalisis diri kita. Kita perlu secepatnya menghitung-hitung kembali kekuatan yang ada pada diri kita masing-masing, untuk bisa langsung memanfaatkan peluang yang masih ada dan menghitung-hitung kelemahan untuk semakin diperkuat agar tidak kehilangan kesempatan. Kita juga perlu secepatnya melihat-lihat rintangan yang ada untuk dielakkan saat menggunakan kekuatan diri, dan menghitung-hitung kelemahan diri sambil melihat-lihat rintangan guna memperkuat diri sambil berpikir cara mengelak dan mengatasinya. Jika kita tidak memperhitungkan, bisa-bisa kita kehilangan kesempatan dan bahkan jatuh ke dalam jurang kegagalan.
Ada empat kiat praktis yang membantu kita membuat perhitungan diri dalam memanfaatkan peluang yang ada di bulan Ramadhan ini. Pertama; kita harus mempertemukan kesempatan dan kekuatan untuk melihat apa yang mesti kita lakukan. Dalam perhitungan matematis kita menambahkan dua hal yang positif yaitu kesempatan dan kekuatan. Kita harus meraih kesempatan yang tersedia, dengan memanfatkan kekuatan yang ada pada diri kita. Ini akan menghasilkan sesuatu yang positif yang berbuah amal ibadah Ramadhan, berupa puasa, sholat Taraweh, membaca Al-Qur’an, memberikan infaq dan sedekah, berkata yang baik-baik dan saling nasehat-menasehati serta banyak lagi. Saat ini, ada kesempatan luas beribadah dengan pahala yang dilipatgandakan, ada kesempatan melakukan ibadah sholat Taraweh yang tak tersedia di luar Ramadhan. Jika dipadukan dengan keadaan tubuh kita yang sehat, rumah kita dengan mesjid sangat dekat, atau rumah jauh tapi ada kenderaan yang hebat, plus hari tidak hujan lebat, maka kita bisa langsung melaksanakan program ibadah Ramadhan. Begitu Azan dikumandangkan, kita langsung ambil wudhu’ dan segera ke masjid. Ada kesempatan berinfaq tiap malam, kita ada uang, maka langsung ambil uang dan masukkan ke saku untuk infak Ramadhan. Kita mesti ingat bahwa setelah Ramadhan berakhir, pahalanya kembali discount lagi, dan kembali ke tarif semula. Ada kesempatan beribadah Taraweh Plus Witir hingga 23 rakaat, kita tahu dan dalilnya ada, ditambah pula fisik kita kuat, lalu kenapa kita lakukan hanya hanya 11? Kesempatan untuk maksimalis mengapa hanya minimalis? Bila di masjid hanya 8 raka’at, bisa disambung di rumah, baru ditutup dengan witir. Tak bisa tuntas 20 rakaat, terasa berat, bisa coba dulu tambah 2 raka’at sehingga menjadi 10, besok tambah dua lagi menjadi 12, bila keenakan bisa ditambah lagi menjadi 14, begitu seterusnya sehingga mencapai 16, 18, dan akhirnya jangan terkejut kita bisa tuntas 20 raka’at. Tanpa terasa berat. Inilah namanya puasa dengan penuh perhitungan dengan cara menganalisis SO, kekuatan dan kesempatan.
Kedua, kita pertemukan kesempatan yang ada di luar dan kelemahan yang ada dalam diri kita. Di sini kita menambahkan sesuatu yang negative dengan yang positif. Artinya bila kita mengisi atau mengejar kesempatan dengan kondisi kita yang masih lemah, tentu kita tidak akan sukses memanfaatkan kesempatan itu. Walaupun terisi tapi terisi dengan segala kelemahan kita yang hasilnya tentu minimalis. Negatif ditambahkan dengan positif, hasilnya akan negatif. Apa yang mesti kita perhitungkan adalah kita harus raih kesempatan yang tersedia, dengan cara memperkuat diri terlebih dahulu, atau melengkapi dulu apa kekurangan kita, lalu setelah menjadi kekuatan, barulah segera laksanakan kegiatan mengisi kesempatan yang tersedia. Jangan biarkan kekurangan tetap menjadi kekurangan sehingga kita gagal meraih kesempatan yang disediakan Allah. Ketika ada kesempatan beribadah plus, akan tetapi ilmu kita kurang, maka jangan langsung melaksanakannya, tapi atasi dulu kelemahan kita, belajar dulu, untuk meraih kesempatan beribadah. Ilmu kita tentang puasa dan solat Tarawih baru sedikit dan tidak pernah diupgrade dan ditambah, hanya sebatas ilmu yang kita terima ketika duduk di TK dulu, padahal kita sudah mahasiswa atau sudah bekerja dan ilmu juga berkembang. Maka upgrade dulu ilmu kita sehingga cara sholat kita juga semakin berbeda dan sempurna. Jika tak ada guru, jangan kuatir karena di zaman ini ada banyak informasi dikemas para Ustaz di Google, di YouTube dan sebagainya. Kita bisa belajar dengan Ustaz tertentu melalui kanal YouTube karena mereka juga sudah banyak memberikan dakwah dan pengajian di media sosial. Dengan cara perhitungan seperti ini, maka kesempatan akan menjadi milik kita, dan pahala di depan mata, serta surga menanti kita. Ketika ada kesempatan puasa, sedangkan kelemahan kita harus bekerja mencari penghidupan sebagai tenaga buruh, kita merasa lapar dan haus. Maka kita harus bisa mengatasi kelemahan lapar dan haus itu dengan cara kita sendiri. Rasul sudah memberika kiat khusus agar kita menta’khirkan makan sahur sehingga tak jauh beda dengan sarapan atau makan pagi. Jangan makan sahur jam 1 tengah malam, tapi sahurlah menjelang masuk waktu Imsyak dan Subuh. Rasul juga mengajarkan, agar menyegerakan berbuka, makan malam yang dipercepat. Saat Anda merasa haus di siang hari, tentu Anda berpikir tentang air dan minum sehingga pikiran Anda dihiasi berbagai jenis air dan minum. Coba atasi dengan mengalihkan perhatian. Jangan berpikir terus tentang haus dan tentang minum, tapi kembalilah ke laptop, fokus ke pekerjaan, jangan turutkan pikiran tentang air. Coba alihkan pikiran Anda ke titik fokus yang lain umpamanya zikir dan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Surat-surat pendek, umpamanya sambil menikmati pekerjaan. Juga tak ada salahnya memakai petuah orang tua-tua dahulu, katanya: “Selepas makan sahur, jangan lupa minum air tiga teguk, dan niatkan tegukan pertama untuk minum di waktu pagi, tegukan kedua minum untuk siang, dan tegukan ke tiga minum untuk sore, Insya Allah tidak akan merasa haus”. Itu nasehat orang tua-tua dulu. Silahkan dicoba dan diniatkan. Ini sugesti. Bukan air yang diminum saat sahur itu yang akan menghilangkan dahaga di siang hari, tapi sugestilah yang membantu Anda terlepas dari rasa haus. Itulah niat, itulah kekuatan Niat.
Ketiga; kita adu pula kekuatan dan tantangan. Ini juga menambahkan sesuatu yang positif dengan yang negatif. Kita harus mengelakkan tantangan dan melewatinya agar kekuatan kita bisa terlaksana dan tersalurkan untuk beribadah selama sisa-sisa Ramadhan. Jika kita tidak pandai mengelakkan tantangan, maka kekuatan kita hanya tinggal kekuatan yang tak berbuah. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan kayu tidak berbuah. Mari, kita meraih kesempatan yang tersedia, dengan cara mengelakkan segala rintangan untuk menggunakan kekuatan kita beribadah puasa. Kita sehat dan kuat untuk puasa, sholat Taraweh, tadarus baca al-Qur’an, berinfaq, tapi di balik itu ada pula teman yang mengajak melakukan kegiatan lain yang membuat kita tidak melakukan ibadah, atau malah menghilangkan pahala puasa, atau meninggalkan dan atau bahkan membatalkan puasa. Elakkan tantangan itu dengan cara yang bijak, sehingga kekuatan kita bisa dipakai untuk meraih ibadah istimewa. Tantangan kadang bukan datang dari orang lain, tapi dari teman dekat kita. Teman itu banyak macamnya, ada teman sekolah, teman mengaji, teman bermain, teman facebook, teman satu partai, teman tidur, dan sebagainya. Kadang teman ini pula yang malah menjadi tantangan hebat, apalagi muncul di tengah siang bulan Ramadhan. Tak perlu kita salahkan teman kita, tapi sebaiknya kita introspeksi diri kita sendiri. Kita berani mengatasi tantangan itu dengan menjaga jarak pertemanan, bukankah Pandemi Covid-19 telah sukses mengajari kita cara ampuh menjaga jarak, mari kita amalkan pendidikan Covid itu selama puasa, karena kita sebenarnya punya kekuatan.
Keempat; Inilah tahap yang berat, yaitu bila dipertemukan kelemahan dan rintangan. Kalau kita tetap maju, itu bisa konyol. Kita mesti jangan maju, tapi berhenti guna memperkuat diri terlebih dahulu, kemudian mencari celah agar bisa mengelak rintangan yang ada. Kita tidak tahu dan kurang ilmu tentang puasa, tentang sholat Taraweh, dsb. Ada pula teman yang tak puasa. Bila kita tetap dekat kita bersama dia… Bakal konyol. Kita kurang ilmu tentang Sholat Taraweh, entah mana yang benar, 8 atau 20, kita mau mencoba yang 20, tapi datang pula teman yang bilang, 20 itu capek…. kan ada yang 8 ngapain 20. Apa yang terjadi? Kita kurang ilmu tentang puasa, ada pula kawan yang mengejek bahwa kita mau jadi ustaz. Untuk ini, maka harus kita lakukan dua hal. Pertama; perkuat ilmu kita, pelajari lagi tentang seluk beluk puasa, apa itu puasa, apa hikmah puasa, apa syaratnya, bagaimana caranya, apa niatnya, apa yang membatalkan, dsb. Apa itu keunggulan Sholat Tarweh, tadarus, Infaq dsb. Sehingga ilmu kita menjadi kuat. Kedua, kita mengelak dari tantangan yang ada sehingga kita bisa melangkah ke depan. Ada teman, untuk sementara kita jauhi dulu selama Ramadhan. Kita kurang ilmu datang pula teman yang mengajak kita merusak puasa kita, jauhi dia. Baik teman sekolah, teman kerja, teman partai, teman makan, teman main, dsb….. Disini kita mundur selangkah untuk maju beberapa langkah meraih keunggulan Ramadhan.
Dari sinilah kita mengambil kesimpulan bahwa betapa perlunya kita merancang program kerja jangaka panjang hingga sukses menuntaskan full Ramadhan yang tersisa hanya beberapa hari ke depan, atau program kerja jangka menengah di akhir minggu ini, dan jangka pendek untuk kegiatan besok pagi. Perlu perancangan yang strategis dalam mengisi Ramadhan agar tercapai tujuan yaitu Manusia Bertaqwa (QS 2: 183). Diantara kekuatan dan kekurangan diri kita adalah: Kekuatan Diri berupa Iman, Ilmu, Semangat, Pengalaman, Motivasi, Keinginan menjadi Juara, Pemenang; Kelemahan Diri berupa Nafsu, yang akan menghalangi kita beribadah; Kesempatan berupa Pintu Surga dibuka, Kesempatan Beramal banyak, dan Tantangan/Rintangan berupa Godaan Teman (termasuk teman tidur) adalah tantangan yang mesti diatasi. Semoga puasa kita tuntas hingga akhir Ramadhan berbasis Rencana Strategis dengan melakukan Analisis SWOT, yaitu Strengths/Kekuatan, Weaknesses/Kelemahan, Opportunities/Kesempatan dan Treats/Rintangan. Simpulan kita, ada empat program yang perlu kita rencanakan yaitu memanfaatkan peluang yang tersisa dengan menggunakan kekuatan, menggunakan kekuatan sambil mengelak rintangan, memperkuat diri demi meraih kesempatan dan mundur atau bertahan untuk belajar memperkuat diri sambil mencari cara mengelak tantangan.Semoga ibadah kita dikoleksi dengan baik sebagai investasi masa depan yang tak berujung, sehingga kelak akan kita terima kembali bagaikan dana segar. Aamiin.
Penulis Artikel : Drs. H. Promadi, M.A., Ph.D ( Kepala Pusat Pengembangan Bahasa UIN Suska Riau )