Oleh Muhammad Syafe’i Hasan
Pensiunan Dosen Tafsir pada Fakultas UShuluddin
Rasullallah SAW Bersabda, “Bangun dan Shalatlah, karena sesungguhnya di dalam shalat itu terdapat obat” (HR Ibnu Majah).
Banyak buku-buku yang menjelaskan hasil penemuan tentang korelasi shalat dengan kesehatan, diantaranya seperti yang ditulis oleh M Sanusi dalam bukunya yang berjudul kedahsyatan Shalat bagi Kesehatan Manusia. Beliau menjelaskan, “ Menemukan korelasi shalat dengan kesehatan fisik dan psikis adalah sebuah penemuan besar yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern. Selain menjanjikan pahala yang besar, salat juga menjanjikan terapi bagi keseluruhan tubuh manusia, baik yang bersifat jasmani apalagi rohani.
Khusus mengenai fungsi gerakan shalat, Drs Madyo Wratsongko MM, juga menulis dalam bukunya Mukjizat Gerakan Shalat. Diantaranya beliau menjelaskan, gerakan shalat berfungsi memaksimalkan suplai oksigen murni atau elektrolit dalam darah melalui pipa darah pada leher, kepala, otak, telinga, mata, wajah dan hidung. Suplai oksigen itu untuk membuka pembuluh darah halus dan sistem saraf, melenturkan ruas tulang belakang, mengaktifkan sistem keringat, sistem pemanas tubuh, membakar kolesterol, asam urat, gula darah, karbohidrat, membuang energi negatif dari tekukan, tarikan ruas tulang belakang dan jari-jari kaki, mengaktifkan sistem laser infra merah di telapak kaki dan tangan.
Sangat disayangkan , walaupun ada Sunnah Nabi dan ditambah pula dengan penemuan secara ilmiah tentang korelasi shalat dengan kesehatan, namun masih banyak umat Islam yang kurang yakin dangan hal tersebut, terbukti banyak yang tidak mau berusaha memelihara kesehatannya dengan pengamalan shalat yang tepat. Apalagi untuk berobat melalui shalat, kebanyakan mereka hanya yakin dengan pengobatan secara medis saja.
Namun, yang semula kurang yakin terhadap shalat sebagai obat tersebut, akan berubah menjadi yakin bahkan bisa menjadi sangat yakin. Apabila pernah mengalami kesembuhan melalui shalat, seperti yang diuangkapkan seorang dosen berusia 55 tahun. Akhir-akhir ini dirinya menderita penyakit yang aneh, yaitu setiap akan melaksanakan shalat wajib penyakitnya kumat, dada sebelah kanan terasa panas, bahu kanan lemas, kakipun ikut lemas, obat dokter sudah dikonsumsi, tetapi belum juga berpengaruh. Pada pertengahan bulan Mei 2015 dosen ini dan isterinya berkunjung ke Pekanbaru untuk silaturahmi dengan keluarga. Sampai di Pekanbaru penyakitnya terasa agak bertambah berat. Lalu dia diajak oleh anak saudaranya pergi ke Pondok Bimbingan Meningkatkan Mutu Shalat. Di pondok tersebut ada pelatihan shalat yang dapat membantu kesehatan jasmani dan rohani.
Ketika sampai di pondok tersebut, dia dan isterinya diberi pengarahan dan pengertian tentang shalat yang dapat bermanfaat untuk membantu kesehatan. Selesai pengarahan, pengelola pondok meminta mereka berdiri untuk memperagakan cara gerakan shalat mulai dari takbir sampai salam. “Setelah kami membandingkannya, ternyata hampir semua gerakan shalat kami selama ini harus diperbaiki, padahal saya seorang haji yang sudah lama menjadi imam tetap dan juga seorang dosen yang mengajarkan hukum Islam,” ujar dosen tersebut.
Selanjutnya, mereka dibimbing melakukan gerakan shalat mulai dari mengangkat tangan waktu takbir, cara berdiri betul, bersedekap, rukuk, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud, duduk tahiyat awal dan akhir dan ditutup dengan gerakan salam. Setelah itu dilanjutkan secara ringkas penjelasan tentang cara mengingat Allah dan berdoa dalam shalat dan untuk lebih mendalaminya. Kemudian dosen ini dan isterinya disuruh mempraktikkan shalat sesuai dengan penjelasan yang telah beliau sampaikan. Selesai praktik shalat, ada beberapa perubahan yang terjadi pada diri dosen tersebut. Diantaranya; badan saya jadi berkeringat, padahal sebelumnya saya sudah sering berjalan kaki tanpa sendal pada saat hari sedang panas, tetapi keringat tidak keluar. Perubahan berikutnya, dada terasa lapang dan perasaan agak tenang, dan penyakit yang biasanya muncul setiap sebelum shalat wajib pada saat itu sudah mulai berkurang. Semoga shalat yang kita lakukan sudah benar.