SUNGGUH manusia itu pada mulanya berada dalam keadaan suci bersih tanpa dosa, hal itu tergambar dari sabda Nabi Muhammad Saw. yang menyatakan; “Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci bersih tiada dosa…” jika sekiranya manusia itu dapat mempertahankan kefitrahannya maka dia selalu dalam keadaan tenang, tenteram, aman dan bahagia. Tetapi dalam perkembangannya, manusia tidak selalu dapat mempertahankan kefitrahannya karena melanggar perintah Allah Swt, sebaliknya berbuat apa yang dilarang Allah, maka mulailah manusia berdosa, seperti arti sabda Nabi Muhammad, “Setiap kamu berbuat dosa maka akan muncul satu titik hitam dalam hati kamu, demikian seterusnya sampai hati itu menjadi menghitam”.
Dari hadis Nabi tersebut di atas dapat dipahami bahwa dosa itu menyebabkan hati manusia menjadi hitam bahkan sampai hitam pekat, padahal hati itu perlu selalu dijaga dan dipelihara kebersihannya. Hal tersebut telah diingatkan Nabi Muhammad lewat sabdanya, artinya “Setiap jasad manusia, ada segumpal darah, jika dia baik, maka baiklah seluruh jasad manusia, tetapi jika dia buruk maka buruklah seluruh jasad manusia, yaitu qalbu atau hati”. Hal itu berarti bahwa dosa merusak hati manusia, kalau hati sudah rusak maka akan hancurlah kehidupan manusia.
Dosa juga dapat melemahkan iman manusia, hal itu tergambar dari sabda Nabi yang artinya menyatakan “Iman itu dapat bertambah dan berkurang, dia bertambah karena berbuat baik dan berkurang karena berbuat dosa”. Jadi kalau iman sudah redup dan gelap ditambah hati sudah rusak dan binasa maka tidak akan dapatlah orang berbuat baik lagi dalam kehidupan dunia ini. Hidupnya menjadi hitam pekat.
Dosa juga dapat membuat orang menjadi manusia yang resah gelisah, stress, murung dan gundah dalam hidup. Hal itu dapat tergambar dari firman Allah dalam al-Qur’an yang artinya “Siapa yang berpaling dari meningatku maka baginya kehidupan yang sempit” (Q.S, 20:124) berarti pikirannya seperti terhimpit antara langit dan bumi. Lebih daripada itu semua akibat dosa manusia akan mendapat siksa di alam kubur dan di akhirat kelak nanti pada saat menghadap Allah Swt.
Dengan demikian, betapa hebatnya dosa merusak hati, iman dan pikiran manusia sehingga sangat perlu untuk dihapuskan dari diri manusia. Betapa perlunya dosa dihapuskan dalam kehidupan pribadi manusia, tergambar dari sikap Nabi yang selalu mengucapkan “Istigfar” yaitu “Astagfirullahal’adhim” dalam setiap hari, sebanyak antara tujuh puluh sampai seratus kali, padahal beliau maxsum dari dosa. Hal ini menunjukkan bahwa dosa itu besar bahayanya bagi kehidupan manusia.
Sebaliknya, pahala adalah balasan dari kebaikan yang dilakukan manusia, dia dapat membersihkan hati manusia, menguatkan keimanan sehingga ingin berbuat lebih banyak lagi kebajikan dalam hidup ini, pahala juga dapat menenangkan hati sehingga merasakan suatu kenyamanan dan kebahagiaan dalam hati. Itulah sebabnya dalam al-Qur’an Allah menyuruh orang yang beriman agar banyak-banyak berbuat kebaikan dan berzikir sebab di dalam kebajikan dan berzikir itulah ditemukan ketenangan hati (Q.S.13:28).
Kaitannya dengan puasa mengapa nabi Muhammad Saw. beserta dengan sahabat beliau sangat bergembira dengan kedatangan bulan suci Ramadhan? Bahkan Nabi menyerukan kepada para sahabatnya, artinya “telah datang kepada kamu bulan yang penuh barkah di dalamnya dibuka pintu surga dan dtutup pintu neraka, dibelenggu para syetan dan di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu Lailatul Qadar” Karena ternyata di dalam puasa Ramadhan disiapkan banyak sarana / jalan bagi orang yang beriman untuk menghapuskan dosa yang menghancurkan kehidupan mereka dan sekaligus banyak sarana / jalan bagi mendapatkan pahala yang akan membahagiakan kehidupan mereka.
Berarti puasa itu disediakan bagi orang beriman untuk menghapuskan dosa dan mendapatkan pahala agar kehidupan mereka menjadi bahagia. Jika seperti ini cara pandangnya maka sepatutnyalah orang beriman merasa bahagia dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan.
Oleh sebab itu, sikap umat Islam dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan harus serius supaya berbagai keberuntungan yang terdapat di dalamnya dapat diperoleh, meski begitu di antara umat Islam ada yang tidak serius dalam berpuasa, mereka hanya mendapat lapar dan dahaga saja, sebagaimana yang disabdakan Nabi; “Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja”
Dalam hal ini Nabi pernah mengaminkan do’a yang diucapkan malaikat Jibril yang menyatakan “Celakalah orang yang telah datang kepadanya bulan suci Ramadhan tetapi dosanya tidak diampuni Allah” karena tidak berpuasa di siang hari Ramadhan dan tidak menghidupkan malam-malam Ramadhan. Amin! Jawab Nabi.
Bagaimana sikap orang beriman dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan, seperti itulah keberuntungan yang mereka peroleh di dalamnya, bagi mereka yang serius dan memanfa’atkan sarana-sarana ibadah yang ada di bulan suci Ramadhan, mereka itu memperoleh kemenangan dan keberuntungan.
Sebaliknya bagi mereka yang tidak serius menyambut puasa maka hanya akan memperoleh lapar dan dahaga saja dan berada dalam kelompok orang yang merugi, mereka melewati bulan suci Ramadhan tanpa memberi bekas, tiada dampak positif, tanpa perubahan dan tanpa kesan sedikitpun, Ramadhan yang penuh barkah, ampunan dan manfa’at berlalu begitu saja, tanpa bekas. Semoga kita selalu dalam perlindungan Allah Swt.
Diposkan Oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)