Oleh Prof. Dr. H. Syamruddin M.Ag
Guru Besar Sejarah Peradaban Islam
Pada suatu hari, dalam suatu pengajian, seorang santri bertanya pada kiyainya. Mengapa kehidupan sekarang terasa semakin sulit dan menyusahkan, di Riau, asap sebagai musibah tahunan, masyarakat sulit bernafas dan menjadi sakit-sakitan. Di musim penghujan terjadi banjir di mana-mana sehingga meluluhlantakkan tanaman masyarakat yang hampir panen. Seharusnya kemarau hanya sesekali saja, dan musim penghujan tidak sampai banjir berkepanjangan. Belum lagi ancaman gunung yang akan meletus mengeluarkan debu vulkanik yang membuat masyarakat tidak dapat bekerja dengan nyaman, bahkan mereka mengungsi. Mengapa hal itu sampai terjadi pak kiyai?
Dengan perlahan tapi pasti, pak kiyai mulai menguraikan jawabannya yang sesuai dengan nalar dan pikiran santrinya. Dijelaskan kiyai, Nabi Adam AS dulu sewaktu di surga hidup dalam serba berkecukupan dan menyenangkan, apa saja yang dia inginkan, saat itu juga ada dihadapannya, baik berupa makan-makanan, minum-minuman, buah-buahan dan lain-lainnya bahkan karena dia terasa hidup sepi, Allah ciptakan isterinya dari tulang rusuknya sendiri, sehingga hidupnya menjadi sempurna dan bahagia, tetapi ada larangan Allah SWT kepada keduanya; yaitu jangan memakan buah kholdi. Itu saja yang dilarang, yang lain tidak ada.
Ternyata Adam dan isterinya Hawa tidak dapat mengendalikan hawa nafsu mereka berdua. Mereka memakan buah kholdi yang dilarang Allah tersebut, mereka pun berdosa, sejak itu kehidupan mereka menjadi berubah seratus persen, dari hidup yang serba berkecukupan, kini hidup serba kekurangan dan menyulitkan. Bahkan Allah SWT mengusir mereka keluar dari surga dan tercampak ke alam dunia yang serba menyusahkan ini. Adam terpisah dari isterinya selama seratus tahun dan terpaksa mencari makan dan minum untuk mempertahankan hidup, lebih dari itu mereka hidup dalam penyesalan yang tidak berkesudahan, suatu penyesalan yang terlambat dan tidak berguna. Memang penyesalan itu datangnya sering terlambat.
Pak kiyai menyimpulkan ceritanya; jadi Nak, dari kisah nenek moyang kita Adam AS tersebut dapat diambil pelajaran bahwa hidup ini menjadi susah dan menyulitkan ada dua macam; karena dosa dan karena nafsu serakah. Kini anak-anak Nabi Adam AS pun banyak yang terjebak dalam dua macam penyebab hidup menyusahkan dan menyulitkan.
Pertama, karena dosa, jadi karena dosa hidup manusia menjadi sengsara. Dosalah yang membuat hidup manusia menjadi menderita. Dosalah yang membuat kehidupan manusia menjadi tersiksa baik di dunia maupun di akhirat.
Sebelum Nabi Adam dan Hawa berbuat dosa hidup mereka berkecukupan dan menyenangkan, bahagia sejahtera tiada kesulitan hidup yang menyusahkan. Sebaliknya, tetapi setelah mereka berdua berbuat dosa, dengan melanggar larangan Allah SWT hidup mereka menjadi susah dan menyulitkan.
Juga dosa merusak hati, seperti sabda Nabi Muhammad, “ Setiap kamu berbuat dosa maka akan muncul satu titik hitam dalam hatimu, demikian seterusnya sampai hati itu menjadi menghitam”. Kalau hati sudah rusak maka akan hancurlah kehidupan manusia. Dosa juga dapat melemahkan iman manusia, kalau iman sudah lemah maka tak akan dapat lagi orang berbuat kebajikan dalam kehidupan ini. Dosa pun dapat membuat orang menjadi manusia yang gelisah, stres, murung dan gundah dalam hidup. Sekali lagi, dosa penyebabsiksa Allah datang kepada manusia.
Dengan demikian, betapa hebatnya dosa menjadi virus yang membahayakan bagi kehidupan manusia dan bahkan menjadi sumber malapetaka bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini Allah memberi peringatan “ sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami melimpahkan kepada mereka keberkatan-keberkatan dari langit dan bumi akan tetapi mereka mendustakan (menolak kedatangan Rasul, berbuat maksiat dan dosa) maka Kami siksa mereka disebabkan apa yang mereka lakukan”. (QS 7:96)
Ayat diatas menjelaskan kalaulah manusia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, melimpahlah keberkahan-keberkahan yakni berbagai macam kebajikan yang sangat banyak dari langit dan bumi artinya langit menurunkan hujan. Bumi menjadi subur menghasilkan tanam-tanaman yang melimpah ruah, masyarakat menjadi makmur, hidup sejahtera menikmati hasil tanaman mereka yang beraneka ragam, tetapi jika penuh dengan bergelimang dosa dan angkara murka maka muncullah berbagai musibah dan bencana alam, langit enggan menurunkan hujan, bumi kering kerontang tidak ada yang dapat ditanam, manusia kekurangan pangan dan kekurangan air minum. Atau sebaliknya jika langit mau menurunkan hujan, maka hujan yang diturunkan berlebihan sehingga terjadi banjir dimana-mana, kehidupan manusia menjadi sengsara dan penuh penderitaan.
Pahala dapat mendatangkan keberkahan dari Ilahi, datang dari arah yang sering tidak diduga dari mana datangnya atau tidak dirasakan secara material dan tidak dapat dibatasi. Umur yang berkah berdaya guna dan bermakna untuk kebajikan, seperti umur Nabi Muhammad, walau singkat umurnya, tapi dapat menuntaskan tugas kerasulannya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Atau rezeki yang berkah, artinya banyak manfaat yang diperoleh untuk semaksimalnya dapat dibelanjakan di jalan Allah sehingga harta tersebut memberikan berkah bagi yang punya dan keberkahan –keberkahan lainnya. Itulah balasan keberkahan bagi yang melakukan kebajikan.
Negeri yang makmur, aman sentosa, penuh kedamaian, bukan angan-angan yang tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata, tetapi sudah pernah terjadi di negeri Saba’ (Yaman Selatan dulu)yang dijelaskan Allah dalam Alquran :”Sesungguhnya bagi kaum Saba’ (ada tanda kekuatan Allah) di tempat kediaman mereka; dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Makanlah rezeki yang di anugerahkan Allah kepada kamu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. Negerimu adalah negeri yang makmur dan Tuhanmu Yang Maha Pengampun. Akan tetapi mereka berpaling, Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar. (QS 34: 15-16). Maka karena mereka ingkar dan berbuat dosa , banjir bandang datang sehingga bendungan Ma’arif mereka jebol, tanah menjadi kering, tanam-tanaman rusak, hidup mereka jadi menderita.
Kedua, karena nafsu serakah; adalah nafsu yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah diperolehnya, seperti Nabi Adam AS dan Isterinya Hawa tidak mampu mengendalikan nafsu serakah yang ada dalam diri mereka. Akhirnya hidupnya menjadi menyusahkan dan menyulitkan. Semua isi surga telah diserahkan kepada mereka untuk dinikmati, tetapi karena dasar nafsu serakah matanya tertuju pada buah kholdi yang terlarang untu dimakan, ternyata itulah yang membuat mereka tercampak dari surga yang serba bekecukupan dan terlantar ke dunia yang serba berkekurangan dan menyulitkan.
Demikianlah saat kini sebagian keturunan Adam, sudah ada fasilitas rumah, kendaraan, minyak mobil, gaji dan tunjangan yang disediakan untuk dinikmati setiap bulan tetapi karena nafsu serakah matanya masih tertuju kepada uang yang tidak legal, akhirnya tertangkap tangan KPK yang membuat mereka tercampak dari jabatan yang serba menyenangkan dan terlantar ke jeruji besi yang serba kekurangan dan menyedihkan. Semoga kita mendapat perlindungan dari Allah SWT dan mampu melawan nafsu keserakahan . Amin
Diposkan oleh Tim Liputan Suska News: Suardi, Donny, Azmi, PTIPD
Dikutip dari Riau Pos Edisi Jumat, 7 AGustus 2015