Kalau pelajar di sekolah dasar sampai sekolah menengah disebut siswa dan pelajar di perguruan tinggi disebut mahasiswa, maka seyogianya pendidik di perguruan tinggi disebut mahaguru sebagai bandingan siswa dan mahasiswa, guru dan mahaguru. Akan tetapi di Indonesia maha guru itu sudah terlanjur disebut dosen sebagai pengaruh bahasa Belanda “docent” yang berarti pengajar atau pemberi kuliah. Kata kerjanya “doceren” yang berarti member kuliah atau syarahan, sebanding dengan kata lecturer dan to lecture dalam bahasa Inggris.
Bila yang dimaksudkan dengan “ pendidik” di perguruan tinggi itu bukan sekedar pengajar atau pensyarah atau pemberi kuliah saja, maka istilah mahaguru lebih tepat sebagai pengganti kata dosen. Karena mahaguru adalah pendidik yang sekaligus menjadi teladan, model, dan pengayom bagi mahasiswa. Maha guru dapat dijadikan sosok pembentuk karakter yang digugu dan ditiru. Memang sesngguhnya itulah tugas utama sang mahaguru yang biasa disebut dengan dosen itu; sebuah profesi yang amat mulia dari semua profesi lainnya.
Tentu saja ada prasyarat-prasyarat yang mesti dipenuhi oleh seseorang yang ingin menjadikan mahaguru sebagai suatu profesi yang mulia itu. Pertama-tama sang mahaguru mestilah seorang yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Syarat ini adalah asas segala syarat. Hal ini berarti bahwa jika tidak ada iman, taqwa, dan akhlak mulia, maka persyaratan yang lainnya tidak ada artinya. Dari sinilah muncul panggilan jiwa, minat, idealism, loyalitas kepada profesi dan institusi, serta keikhlasan menjalani profesi sebagai pendidik,sebagai mahaguru.
Mungkin saja semua orang bisa menjadi guru atau mahaguru, namun tidak semua orang yang memiliki bakat untuk menyandang profesi ini. Karena itu bakat adalah syarat yang tak kalah pentingnya. Secara psikologis, orang yang mengerjakan sebuah profesi tanpa didukung oleh bakat atau talenta akan susah menumbuhkan minat dan perhatian kepada pekerjaannya itu. Selain talenta, seorang guru atau mahaguru mestilah seorang yang cerdas secara intelektual agar dia mampu mengembangkan diri pada bidang profesinya, mampu melakukan inovasi-inovasi, serta mampu menciptakan suasana akademis yang dapat mengaktifkan potensi belajar mahasiswa semaksimalnya.
Di kampus, mahaguru adalah model bagi mahasiswanya, di tengah masyarakat sebagai penggerak kemajuan dan teladan.Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani di mana pun. Inilah sosok ideal seorang guru, apalagi mahaguru. Meskipun mahaguru yang ada sekarang mungkin belum seideal yang digambarkan di atas, setidaknya setiap mahaguru memiliki niat dan tekad untuk mengembangkan diri ke arah yang ideal itu. Memiliki kompetensi pada bidangnya (profesinya), punya kemampuan untuk mentransfernya, menjadi teladan bagi mahasiswanya, serta mampu bergaul dan berkomunikasi di tengah-tengah masyarakat, baik di kampus, maupun di luar kampus. Jasa sang mahaguru ditunggu untuk melahirkan manusia-manusia unggul demi kejayaan bersama…in syaa’ Allah…
Pekanbaru, Awal April 2015.
Munzir Hitami