uin-suska.ac.id – Diskusi yang diwarnai perdebatan-perdebatan alot tampak mengemuka pada acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar bagian akademik UIN Suska Riau pada Selasa (22/9/2015) bertempat di hotel Zaira jalan Tuanku Tambusai Pekanbaru. Acara yang melibatkan 35 orang peserta diskusi yang terdiri dari para guru besar dan Doktor dilingkungan UIN Suska Riau itu merupakan bagian dari tindak lanjut penyelarasan integrasi keilmuan dalam kurikulum dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) UIN Suska Riau.
Ada 35 makalah yang terkait dengan integrasi keilmuan yang dihimpun pada FGD ini. Acara dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama fokus pada pembahasan konsep dan paradigma Integrasi Keilmuan. Sedangkan sesi kedua fokus pada model dan strategi implementasinya pada pengembangan dan pelaksanaan kurikulum UIN Suska Riau. Acara dibuka langsung rektor UIN Suska Riau, Prof Dr H Munzir Hitami, MA, yang sekaligus bertindak sebagai salah satu penyaji makalah.
Dalam makalahnya Prof H Munzir Hitami, MA mengungkapkan urgensi Integrasi keilmuan (Sain dan Islam-Red) saat ini. Dimana dikotomi Ilmu pengetahuan telah berdampak pada keterbelakangan dunia Islam dalam ruang Sains dan Teknologi. Karena umat Islam sendiri jadinya lebih terkonsentrasi pada bidang kajian keagamaan. Disisi lain, berubahnya kecenderungan pengembangan keilmuan pada madrasah-madrasah dan pondok-pondok pesantren yang semula dominan kejuruan agama, beralih pada pada IPA dan IPS mendorong pelajaran agama tak lagi menjadi core. Akbatnya, peminat-peminat studi Keislaman yang selama ini ada di IAIN semakin menurun. Karena mereka lebih memilih perguruan tinggi “sekuler”.
Pada kesempatan tersebut, Munzir mengurai model dan strategi integrasi keilmuan dari asumsi dasar antara Theism- Tauhid dan Atheism-Deism. Dimana, didalamnya mencakup Ilahi, ubudiyah, hubungan manusia-Allah, mumalah yang memadukan empirik transandental dengan ruh, empirik etik dengan qalbu dan akal, empiri logik dengan otak, dan empri sensual dengan Indra. “hal inilah yang nantinya akan melahirkan Insani” unjar Munzir.
Dalam pembahasan strategi, pada kesempatan tersebut, Munzir juga mengungkapkan potensi integrasi keilmuan untuk berkembang. Didasari perilaku, Sains dan Teknologi, Agama, Fitrah Insani dan Tauhid. Memperkuat pola-pola integrasi menurut Munzir, bisa dilakukan dengan memperkuat asumsi dasar, membangun teori ilmiah Islami, penanaman Ajaran dan nilai-nilai Islam melalui mata kuliah, penjelasan Saintifik pada matakuliah “agama”, pembacaan referensi Waratsah Islamiyah, dan penggunaan referensi atau buku daras yang sudah disusun sesuai dengan konsp integrasi. Munzir juga membahas tentang seluk beluk kurikulum dari sisi Scientific Subjects dan Religious Sciences.
Ada lima pemakalah dalam sesi pertama FGD ini. Disamping rektor UIN Suska Riau, Prof Dr H Munzir Hitami, MA, juga rektor lama, Prof Dr H Amir Luthfi dan Prof Dr H M Nazir, MA, serta Prof Dr Raihani dan Dr. Fauzan Ansyari. Kesemuanya disajikan secara bergantian, yang diwarnai perdebatan-perdebatan alot dari para peserta.
Sementara itu dari panitia penyelenggara, Wakil Rektor I UIN Suska Riau, Dr Hj Helmiati, M.Ag mengugkapkan, salah satu argumentasi dan cita-cita ideal yang ingin kita capai dengan konversi IAIN menjadi UIN agar kita dapat mewujudkan integrasi keilmuan : yaitu terintegrasinya ilmu-ilmu umum sains dan ilmu-ilmu agama. Sehingga harapannya UIN Suska Riau bisa melahirkan lulusan yang tidak hanya menguasai sains sesuai bidangnya tetapi juga memiliki kompetensi keislaman, tahu, paham dan mengamalkan ajaran islam
Ruhnya bagaimana pemahaman dan penerapan ilmu pengetahuan sebagai basis kemajuan umat manusia tidak dilepaskan dari aspek spiritual yang berlandaskan pada sisi normatif al-Quran dan Sunnah. Sebaliknya, dalam memahami ajaran agama yang bersumber dari wahyu, juga memerlukan pendekatan multi disiplin, interdisiplin dan transdisiplin.
Untuk itu dalam Renstra UIN satu hal utama yang harus kita lakukan adalah mereview dan mengembangkan kurikulum untuk disesuaikan dengan visi Univ ini. Yaitu bagaimana agar konsep integrasi keilmuan itu dapat dijewantahkan dan diartikulasikan ke dalam rumusan kurikulum dan diwujudkan dalam implementasi kurikulum.
kegiatan ini baru awal dari agenda besar kegiatan pengembangan kurikulum. Jadi masih akan menuntut kerja2 lanjutan. Kegitan pengembangan kurikulum telah diawali dengan Meminta tulisan atau makalah tentang konsep dan paradigma integrasi sains dan Islam dan implementasinya dalam kurikulum, Fokus Group Discussion yang diharapkan dapat mendudukkan konsep integrasi keilmuan versi UIN Suska itu seperti apa dan bagaimana model dan strategi implementasinya dalam kurikulum dan pelaksanaannya. Mengkompilasi pemikiran tersebut untuk dijadikan konsep teoritisdan filosofis yang akan menjadi acuan oleh civitas akademika UIN kita dalam pengembangan kurikulum dan implementasinya. Sosialisasi Konsep dan paradigma integrasi keilmuan, Workshop pengembangan kurikulum dan mengadakan diskusi, seminar, kajian antar dosen agama, sains, dan humaniora, agar keilmuan bisa saling menyapa dan mengisi dan saling berintegrasi antara pengampu bidang ilmu agama, sains dan humaniora.
Selain itu, kita juga masih punya tugas berat lainnya menyelaraskan kurikulum dengan KKNI. “Ini sudah menjadi regulasi pendidikan bahwa setiap prodi wajib menyelaraskan kurikulumnya dengan KKNI. Kita juga sudah memulainya dengan sosialisasi KKNI kepada ketua prodi dan sekretaris prodi dan ditindak lanjuti dengan workshop-workshop”. Ujar Helmiati.
Penulis: Suardi
(Tim liputan Suska News: Azmi, Donny, PTIPD)
redaksi@uin-suska.ac.id