Direktur Pascasarjana UIN Suska Riau
25 tahun Riau Pos merupakan usia perjuangan pers yang cukup lama dalam membangun Bumi Lancang Kuning ini. Sejalan dengan semangat yang digaungkan Riau Pos, ”Bangun Negeri Bijakkan Bangsa”, maka berita-berita Riau Pos tentunya sesuai dengan visinya. Semangat ”Bangun Negeri Bijakkan Bangsa” membentuk berita-berita yang berkarakter, yakni setiap berita bergizi, bermakna, apakah itu berita kriminal, politik, ekonomi, pendidikan, agama, budaya dan aspek kehidupan lainnya. Ini penting bagi Riau Pos, bahwa setiap berita itu harus berkarakter. Mengapa penting, sebab karakter itu yang membedakan Riau Pos dengan media lainnya. Berita yang berkarakter itu yang membentuk karakter pembaca pula. Misalnya di saat krisis ekonomi, dengan berita-berita yang berkarakter semangat membangun (tahan banting) maka akan membentuk karakter anak negeri ini jadi tahan banting, minimal tidak cengeng dalam menghadapi cabaran.
Pers yang berkarakter akan membentuk wartawan yang berkarakter juga, bahkan akan membentuk negeri yang berkarakter, itu goal-nya (tujuan). Yakni membentuk negeri yang memiliki semangat juang tinggi, menghargai perbedaan, menghargai potensi SDM, menyadarkan akan pentingnya persatuan, dan tujuan akhirnya membentuk negeri dalam Alquran, baldatun toyyibatun wa rubbun gaffur. Negara yang aman, makmur dan mendapatkan keampunan Allah sebagaimana dijelaskan dalam Alquran.
Rakyat Riau sewajarnya berterimakasi pada Riau Pos yang telah membentuk karakter negeri ini. Ke depan, Riau Pos harus lebih banyak memberi gizi bagi anak negeri ini. Gizi dalam artinya wawasan, pemikiran, arahan atau makna-makna positif lainnya dalam mengulas segala yang terjadi, baik skala lokal, kabupaten, provinsi, nasional maupun isu internasional. Rakyat Riau bukan hanya memerlukan gizi dalam arti asupan makanan tetapi juga memerlukan gizi pemikiran agar tidak gamang dalam menghadapi kehidupan yang serba ganas, selalu berubah, politik yang saling menyerang, ditambah angka kriminialitas yang terus meningkat.
Untuk itu, Riau Pos harus mampu memberikan gizi melalui berita-berita yang bermakna. Bukan berarti Riau Pos menyembunyikan berita, tetapi menampilkan berita itu dengan berkarakter. Bahkan berita kriminal pun berkarakter, yakni memunculkan simpati pada korban, memunculkan akan pentingnya waspada pada kejahatan, atau nilai-nilai humanis lainnya yang selama ini kadang terabaikan dalam penulisan berita. Misalnya berita sederhana kasus buruh yang tangannya putus akibat tesetrum listrik, itu sangat menggugah sisi kemanusiaan. Berita ini bukan mengekplorasi sisi kriminal tetapi nilai-nilai humanis, dan inilah berita yang berkarakter itu. Dan ini sangat diperlukan bagi bangsa ini yang saat ini diserang hantaman badai ekonomi, politik, budaya dan aspek kehidupan lain. Pers (media) bersama-sama dengan pemerintah, legislatif, Ormas dan lainnya berperan dalam membentuk karakter bangsa ini. Pers lemah (tidak berkarakter) akan membentuk negeri yang lemah pula, cengeng dan tidak tahan terpaan badai kehidupan.
Semua kita menyadari bahwa 25 Riau Pos berdiri, maka selama 25 tahun itu pula media ini memberikan sumbangan dalam membangun negeri ini. Riau Pos terus bertahan di tengah munculnya media-media yang beragam jenis. Memang menjadi pers yang kuat itu harus sabar, harus beda, harus selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pembaca, bahkan kadang harus siap-siap rugi kecil demi kepentingan yang lebih besar, yakni membentuk karakter anak negeri. Riau Pos selalu mengedepankan kepentingan negeri Melayu ini menuju kepada yang lebih baik, karena itu tercantum dalam semangat perjuangannya. Kepentingan yang besar itu, selain membangun negeri juga semangat persatuan, membentuk karakter anak negeri dalam hal perilaku dan lainnya. Makanya pers itu bisa disebut lebih cerdas dari perguruan tinggi, sebab di dalam pers itu ada pemikiran tokoh-tokoh, cendikiawan dari perguruan tinggi, pemerintah, legislatif dan lainnya. Di sinilah pentingnya posisi Riau Pos, menampung pemikiran mereka dan menyampaikan ke masyarakat.
Saat ini media menempati posisi penting dalam kehidupan. Orang bangun tidur setelah Salat Subuh, kadang bukan serapan dulu, mereka membuka media sosial, agar mengetahui perkembangan terkini. Namun tidak semua media bergizi, di sinilah perlunya media yang bergizi. Media sama dengan menu serapan, jika serapan perlu makanan yang enak dan bergizi, maka seorang pun memerlukan asupan pemikiran yang bergizi. Riau Pos harus memiliki menu-menu yang enak dan bergizi itu, agar tidak digolongkan ke dalam media kering akan gizi.
Rakyat di negeri saat ini mengalami kekeringan dalam hal rohani, di sini Riau Pos menghadirkan rubrik opini setiap Jumat opini tentang agama. Rakyat mengalami kekeringan dalam hal budaya, di sini Riau Pos menghadirkan rubrik budaya di setiap edisi Ahad. Rakyat saat ini ketakutan melihat kejadian-kejadian kriminal yang makin sadis, di sini Riau Pos tidak menyajikan berita kriminal atau berita kekerasan seksual tanpa makna. Sebab rakyat yang pikirannya diisi dengan berita-berita kekerasan akan membentuk karakter yang seperti itu pula, atau akan membentuk manusia yang ketakutan. Saya kira pers dan jurnalis itu sendiri tidak bebas nilai, sebab ada kode etiknya dan dalam kode etik pers itu sendiri terkandung makna karakter-karakter baik yang harus diperjuangkan.
Sekali lagi, saya ucapkan tahniah pada Riau Pos yang telah berjasa dalam mambngun negeri ini. Selamat milad 25 tahun Riau Pos membangun karakter negeri ini.
Diposkan oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)
Dikutip dari Riau Pos Edisi Senin, 18 Januari 2016
redaksi@uin-suska.ac.id