Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Suska Riau
Shalat subuh berjamaah di masjid itu merupakan dasar utama kekuatan umat Islam. Nah, coba ikuti cerita selanjutnya. Semoga bermanfaat. Dalam kitab Shahih Imam al-Bukhari pada Bab Mawaqit al-Shalah dan dalam kitab Shahih Imam Muslim pada Bab Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ al-Shalah, Rasulallah SAW menerangkan bahwa para malaikat siang dan malam memantau umat Islam melaksanakan salat. Lalu para malaikat itu berkumpul pada waktu shalat subuh dan shalat ashar. Kemudian para malaikat itu melaporkan nama-nama umat Islam yang shalat subuh berjamaah. Rasulallah SAW juga menegaskan, orang yang melaksanakan shalat subuh berjamaah termasuk dalam golongan al-Abrar (HR. al-Thabrany). Criteria kelompok al-Abrar itu bisa dilihat dalam surah al-Muthaffifin, ayat 22-29.
Bahkan Rasulalallah SAW menyatakan, orang yang Shalat Isya dan Subuh secara berjamaah seolah-olah orang itu telah melaksanakan shalat sepanjang malam (HR. Muslim). Artinya orang tersebut mendapat pahala mendirikan shalat sepanjang malam. Tapi orang tersebut tidak mendapatkan keutamaan shalat tahajjud, jika dia tidak melaksanakannya.
Hal itu, sama dengan hadis riwayat Imam al-Tarmizi, Rasulallah SAW menyatakan, orang yang shalat subuh berjamaah kemudian dia duduk dalam masjid, berzikir hingga terbit matahari, kemudian dia shalat dua rakaat, maka orang tersebut mendapat pahala haji dan umrah. Namun begitu, orang tersebut tetap wajib melaksanakan ibadah haji, jika dia punya kemampuan untuk melaksanakannya.
Rasulaallah SAW juga menerangkan bahwa salat sunat dua rakaat sebelum subuh itu lebih baik daripada dunia beserta isinya (HR.Muslim). kalau begitu, bisa dipahami bahwa salat subuh yang dilakukan secara berjamaah itu jauh lebih besar pahalanya dari salat sunat dua rakaat sebelum subuh.
Kemudian Rasulallah SAW mengingatkan bahwa salat subuh dan shalat isya itu adalah shalat yang berat dilakukan oleh orang munafik (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Kekuatan Shalat Subuh Berjamaah
Kitab shahih Muslim bab Bayan Fadhl Shalah al-Isya’ wa al-Fajr Fi Jama’ah, Rasulallah SAW menyatakan, orang yang melaksanakan salat subuh berjamaah, maka orang itu berada dalam penjagaan Allah SWT. Hadis di atas menerangkan keutamaan yang didapat pada salat subuh berjamaah. Orang yang melaksanakan shalat subuh berjamaah, maka orang tersebut masuk dalam lindungan Allah SWT. Maka tidak layak lagi seseorang mencelakakan orang yang berada dalam penjagaan Allah SWT. Jika ada orang yang mencederainya, maka Allah SWT akan memberikan balasan atas tindakan orang tersebut. Bahkan Imam Muhammad Abdul Rahman al-Mubarakfury dalam kitabnya Tuhfah al-Ahwazy Bisyarh Jami’ al-Tirmizy (12/14) menegaskan bahwa penjagaan Allah SWT bagi seseorang yang shalat subuh berjamaah itu berupa penjagaan di dunia dan di akhirat.
Itu bermakna, jangan meninggalkan shalat subuh berjamaah atau meremehkan salat subuh berjamaah. Jika ditinggalkan, maka tidak didapat lagi janji penjagaan dari Allah SWT, dan akan dilemparkan ke dalam neraka. Begitu penegasan Imam Al-Manawy dalam kitabnya Faidh al-Qadir (6/164).
Dikisahkan, bahwa al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafy hendak membunuh lawan politiknya. Lalu al-Hajjaj memerintahkan Salim bin Abdullah bin Umar bin Khattab melaksanakan kehendaknya. Kemudian, Salim berangkat dengan kekuatan militer menuju ke rumah orang yang dimaksud. Setelah jumpa, langsung Salim menanyakan apakah orang itu melaksanakan shalat Subuh hari ini secara berjamaah di mesjid. Lelaki itu tanpa ragu menjawab, bahwa dirinya tidak pernah meninggalkan shalat subuh berjamaah di masjid. Mendengar jawaban itu, langsung saja Salim membawa pulang kekuatan militer yang dibawanya tanpa menangkap lelaki yang hendak dibunuh oleh al-Hajjaj itu.
Melihat Salim pulang tanpa membawa tangkapannya, al-Hajjaj langsung saja marah. Tapi, dengan tegas Salim mengutarakan di depan al-Hajjaj bahwa ayahnya (Abdullah bin Umar bin Khattab) pernah mendengar RAsulallah SAW menegaskan bahwa orang yang shalat subuh berjamaah itu berada dalam penjagaan Allah SWT. Mendengar jawaban Salim, al-Hajjaj pun terdiam.
Kisah lagi, Imam Malik meriwayatkan dalam kitabnya al-muawaththa’, khalifah Umar bin Khattab tidak melihat Sulaiman bin Abu Hatsamah setelah shalat Subuh berjamaah. Lalu khalifah Umar pergi ke rumah Sulaiman, dan ibu Sulaiman mengatakan bahwa Sulaiman shalat Tahajjud sepanjang malam hingga tak sanggup lagi pergi shalat subuh berjamaah ke masjid. Lalu khalifah Umar menegaskan,”Shalat subuh berjamaah di mesjid lebih saya sukai dari pada shalat tahajjud sepanjang malam di rumah”.
Hebatnya lagi, sebuah hadist riwayat Ibnu Abu ‘Ashim yang disahihkan oleh Syaikh al-Albany menyebutkan , orang yang pergi ke mesjid melaksanakan shalat subuh berjamaah , maka Allah SWT mengutus malaikat membawa sebuah bendera. Ketika orang tadi berdiri dalan shaf melaksanakan salat subuh, maka malikat itu berdiri di atas kepalanya melindungi orang itu dari gangguan setan. Ketika pulang kerumahnya, malaikat itu juga mengikutinya. Ketika orang itu masuk kerumahnya, maka malaikat tadi juga ikut masuk membawa bendera tadi. Maka rumah orang itu pun terjaga dari kejahatan setan dan rumah itu juga mendapat berkah dari Allah SWT.
Kisah Anas bin Malik
Dr Raghib al-Sirjani dalam bukunya Kayfa Tuhafizd ‘Ala Shalah al-Fajr menceritakan, sahabat Nabi Anas bin Malik selalu menangis manakala ia mengingat penaklukan kota Tastar yang merupakan kota benteng di Persia (Iran) yang dikepung kaum muslimin selama satu tahun enam bulan. Pada akhirnya, pejuang Islam berhasil menguasai kota itu, dan tercapailah kemenangan yang besar. Peperangan yang sangat berat yang dirasakan kaum muslimin.
Ternyata benteng Tastar baru bisa diteorbos menjelang shalat subuh. Pasukan Islam menerobos masuk benteng, kemudian terjadilah peperangan sengit antara 30.000 pasukan muslimin dengan 150.000 pasukan Persia. Peperangan berlangsung sangat sengit. Pasukan muslimin sempat terdesak. Suasana sangat genting, kritis dan berbahaya. Akhirnya dengan karunia Allah SWT kaum muslimin menang. Mereka menang gemilang atas musuh, kemenangan yang tercapai beberapa saat setelah terbit matahari. Saat itu, kaum muslimin baru menyadari di hari yang sangat menakutkan itu, ternyata shalat subuh sudah lewat. Dalam kondisi begitu rawan, dentingan suara pedang mengintai batang leher, membuat kaum muslimin tidak sanggup melaksanakan shalat subuh tepat waktu. Anas bin MAlik pun menangis, karena sekali tertinggal melaksanakan shalat subuh berjamaah. Dia menangis, kendati dimaafkan. Mereka sibuk dengan jihad yang merupakan puncak Islam, namun yang mereka tinggalkan merupakan sesuatu yang sangat berharga. Lalu, Anan bin Malik berkata “ Buat apa Tastar? Sungguh shalat subuh berjamaah telah berlalu dariku. Sepanjang usia, aku tidak akan bahagiia seandainya dunia diberikan kepadaku sebagai ganti shalat subuh berjamaah yang tertinggal itu”.
Dalam bukunya Laylah fi Bait al-Naby, Syaikh Mahmud al-Mishry menceritakan bahwa Khalifah Umar bin Khattab tetap melaksanakan shalat subuh berjamaah sekalipun dalam kondisi cedera.
Pernyataan Golda Meir
Golda Meir adalah salah satu dari 24 orang (satu diantara du aperempuan) yang menandatangani Deklarasi Pembentukan Negara Israel pada 14 Mei 1948. Setelah Levi, zEshkol meninggal dunia secara tiba-tiba pada 26 Februari 1969, partai memilih Golda Meir menggantikannya sebagai perdana menteri. Nah, perlu kita ingat pernyataan jjur Golda Meir. Perdata Menteri Negara Israel illegal itu menyatakan “kami tidak takut kepada kaum muslimin. Yang kami takuti adalah ketika kaum muslimin shalat subuh berjamaah di mesjid sama jumlah jamaahnya dengan jamaah shlat Jumat”. Begitulah, ternyata shalat Subuh berjamaah di Masjid itu sumber utama kekuatan umat Islam.
Diposkan oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)
Dikutip dari Ria Pos Edisi Jumat (5 Agustus 2016)
redaksi@uin-suska.ac.id