Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Suska Riau
Kepercayaan artinya mengakui akan kejujuran dan kemampuan seseorang benar-benar dapat memenuhi harapan. Dengan demikian, kepercayaan adalah keyakinan pada seseorang untuk menduduki jabatan tertentu karena diakui dia memiliki kemampuan dan kejujuran memikul jabatan tersebut sehingga benar-benar dapat memenuhi harapan.
Oleh karena itu, arti kepercayaan sangat sentral dalam kehidupan ini, dia menjadi alat ukur dan urat nadi kehidupan. Kalau orang percaya atas kemampuan dan kejujuran kita barulah orang mau mempercayakan jabatan tertentu kepada kita. Maka modal kepercayaan akan lebih tinggi dibanding yang lainnya, modal yang berharga itu mesti dimiliki jika ingin karir dan perjalanan kehidupan sukses dan cemerlang, Sebaliknya, jika modal kepercayaan itu tidak dimiliki, maka tamatlah riwayat hidup kita.
Karena pentingnya modal kepercayaan ini dalam meniti karir mencari sukses dan kecemerlangan hidup, maka terjadilah pencitraan-pencitraan di mana-mana, terutama menjelang Pilkada, seperti di Pekanbaru dan Kampar dalam waktu dekat ini. Dalam rangka pencitraan untuk merebut sebuah kepercayaan, di antaranya, ada yang pergi haji atau umrah agar orang paham bahwa dia pak haji dan agamanya mantap, patut kiranya untuk dipilih nanti, itu namanya haji politik. Ada yang ke mana-mana menyumbang ke masjid-masjid, agar orang paham bapak ini perduli dengan agama, maka bapak inipun patut dipertimbangkan untuk dipilih nanti. Ada yang memilih pencitraan dengan berceramah dan berceramah seperti pak ustaz, ujung-ujungnya semua adalah pencitraan untuk merebut sebuah kepercayaan.
Demikianlah seterusnya pencitraan demi pencitraan terjadi di mana-mana dalam rangka merebut sebuah kepercayaan. Tidak terkecuali pencitraan terjadi dari berbagai merk barang produk di televisi dalam rangka promosi barang dan pencitraan demi merebut kepercayaan pasar. Di situlah letak tingginya nilai kepercayaan.
Tetapi pencitraan yang sebenarnya bukan seperti yang disebut di atas. Tetapi pencitraan itu adalah pembuktian, artinya terbukti bahwa pada diri orang tersebut terlihat ada memiliki kemampuan dan kejujuran sehingga dapat dipercaya menduduki jabatan. Hal ini dapat dilihat dari sikap terjangnya sehari-hari, seperti antara lain, ada nilai kejujuran dan kemampuan pada dirinya, orang banyak tahu bahwa dia orang yang mampu, jujur dan terpercaya.
Seperti ketika pemuka-pemuka kaum Quraisy bertengkar sewaktu merenovasi Kakbah tentang siapa yang paling berhak meletakkan Hajar al-Aswad kembali ke tempatnya semula, karena dari masing-masing suku yang ada merasa lebih berhak meletakkannya, maka mereka sepakat mempercayakan pertengkaran mereka kepada Nabi untuk menyelesaikannya.
Nabi pun sukses menyelesaikan pertengkaran mereka dengan meletakkan Hajar al-Aswad di atas serbannya dan menyuruh masing-masing dari tokoh-tokoh kaum Quraisy sama-sama mengangkatnya. Dengan demikian langkah yang ditempuh Nabi dalam menyelesaikan pertengkaran mereka dapat memenuhi harapan mereka sehingga mereka merasa lega menerima keputusan yang mereka percayakan kepada Nabi. Maka kenapa tokoh-tokoh kaum Quraisy itu mau memilih Nabi sebagai hakim mereka, karena pada diri Nabi melekat sebuah kepercayaan.
Contoh lain, ketika kaum Anshar berkeinginan menduduki jabatan khalifah sepeninggal Nabi, tetapi dari kalangan mereka tidak layak menduduki jabatan itu karena Nabi katakan “Jabatan kekhalifahan itu harus dari kalangan orang Quraisy” (Muhajirin). Dari kalangan kaum Muhajirin terdapat banyak yang layak, di antaranya ada dua orang yang paling layak yaitu Abu Bakar dan Umar. Setelah mengkaji kemampuan, kejujuran, kelebihan dan kekurangan akhirnya pilihan sahabat yang bermusyawarah jatuh kepada Abu Bakar.
Kenapa tidak, karena ada tiga kelebihan Abu Bakar yang tidak dimiliki oleh sahabat manapun di saat itu, yaitu pertama; dialah satu-satunya dari kalangan sahabat orang dewasa yang pertama kali masuk Islam, kedua; dialah satu-satunya sahabat yang menemani Nabi Muhammad sewaktu berhijrah ke Madinah, dan ketiga; dialah satu-satunya sahabat yang ditunjuk Nabi menjadi imam salat sewaktu Nabi sakit bukan hanya untuk satu kali bahkan sampai tiga kali. Maka siapakah lagi yang pantas menjadi khalifah kecuali beliau. Sebab itu, mereka sepakat mempercayakan khalifah itu kepada Abu Bakar karena didasari oleh kemampuan, kejujuran dan kepercayaan.
Ketika Alquran hendak dibukukan pada masa kekhalifahan Abu Bakar mereka sibuk mencari orang yang akan ditunjuk menjadi ketua panitianya. Akhirnya mereka semua sepakat menunjuk sahabat muda bernama Zaid ibn Tsabit. Pada saat mereka menyampaikan hal itu kepada yang bersangkutan, Zaid ibn Tsabit menjawab “Bagi saya memikul tugas ini jauh lebih berat, dibandingkan sekiranya kalian pikulkan kepada saya langit dan bumi dan semua isinya, tetapi karena kalian percayakan hal ini kepada saya maka amanah ini akan saya pikul”.
Ternyata memang benar, pembukuan Alquran sangat sukses di tangan sahabat Zaid ibn Tsabit karena tidak ada seorang sahabatpun yang protes atas ketidakcocokan pembukuannya setelah selesai dibukukan. Siapakah Zaid ibn Tsabit itu? Dia seorang sahabat muda yang terkenal sangat cerdas. dia belajar bahasa Yahudi hanya memerlukan waktu 17 hari. Karena kemampuan dan kejujurannya Nabi mengangkatnya sebagai sekretaris penulis wahyu dan mempercayakan kepadanya menulis surat-surat kepada orang Yahudi, karena didasari kepercayaan.
Pada saat Presiden Jokowi menjatuhkan pilihannya kepada Jenderal Tito Karnavian untuk diangkat menjadi Kapolri. Hal itu menjadi suatu peristiwa besar yang sangat istimewa karena sang Jenderal Tito masih junior berada di jenjang angkatan 1987, sementara di atasnya masih ada lima jenjang angkatan (1982-1986) yang terlewatkan. Berarti hal itu menyalahi tradisi yang selama ini berlaku di institusi Polri yang selalu memakai urut kacang dalam menduduki jabatan. Begitu percayanya Presiden kepada kemampuan Tito untuk dapat membangun institusi Polri yang lebih baik ke depan, sehingga dia menempuh jalan yang berbeda dari tradisi yang berlaku selama ini di istitusi Polri. Untuk itu, karir Kapolri Tito yang mungkin tidak pernah bermimpi menjadi Kapolri menjadi cemerlang. Itulah arti dari sebuah kepercayaan.
Pada saat Presiden Jokowi melakukan reshuffel kabinet, beliau bersikukuh memilih Sri Mulyahi menduduki jabatan Menteri Keuangan karena diharapkan dapat memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Kenapa Presiden Jokowi memilih Sri Mulyahi, karena pada dirinya melekat sebuah kepercayaan.
Dari kisah-kisah tersebut di atas dapat diketahui bahwa sukses hidup seseorang pada hakikatnya berkiblat dan didasari oleh kepercayaan. Oleh karena itu, marilah kita membangun sebuah kepercayaan, agar karir menjadi sukses dan cemerlang! dan jangan sekali-kali mengkhianati orang, karena orang hanya bisa dikhianati satu kali. Begitu orang mengetahui ada pengkhianatan maka hilanglah kepercayaan, seperti kata pepatah “sekali terlanjur ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”. Maka tugas utama manusia dalam meraih sukses adalah membangun sebuah kepercayaan. Wa Allahu a’lam bi ash-Shawab.
Diposkan oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)
Dikutip dari Riau Pos Edisi Jumat (16 September 2016)
redaksi@uin-suska.ac.id