Guru Besar Psikologi Agama UIN Suska Riau
TAKWA adalah kata sifat yang memiliki makna konfrehensif mengenai perilaku saleh yang ditandai dengan bersinerginya elemen kejiwaan antara hati, nafsu, dan akal dalam mewujudkan kebaikan, keridhaan, dan keikhlasan. Kebaikan yang dilahirkan takwa atau ketakwaaan adalah kebaikan yang memenuhi standar
syariah, norma, istiadat, susila, dan etika sosial. Kebaikan implementatif dari takwa atau ketakwaan adalah perilaku yang banyak mendatangkan maslahat bagi komunitas plural, pribadi, ataupun juga makhluk lainnya seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, air, tanah, dan bebatuan.
Takwa merupakan kumpulan kebaikan yang bersignifikan pada maslahat-maslahat keumatan di dunia dan akhirat. Bertakwa bukanlah sekadar sebutan, melainkan mesti implementatif dalam kepribadian personal, sehingga pencerahan bersinar dalam diri dan termanfaatkan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Bertakwa meliputi kesadaran personal dan komunitas untuk meraih sesuatu yang bermanfaat dan termanfaatkan oleh komponen-komponen lain dari makhluk hidup. Kesadaran akan maslahat-maslahat umat adalah indikator positif yang kemudian dapat mengantarkan individu dan masyarakat pada kebahagiaan paripurna.
Bertakwa adalah menghimpun kebaikan-kebaikan dengan pengetahuan terhadap suatu perilaku personal. Pengetahuan mengenai perilaku dan perbuatan shaleh adalah kualifikasi amalan untuk memenuhi kriterium sunnah Rasulullah SAW, diterima atau tidaknya amalan. Pengetahuan mengenai amalan adalah prinsipil, sehingga apabila amalan tanpa ilmu mardud, ditolak. Seorang muslim yang salat, perlu pengetahuan tentang bersuci dan berwuduk terlebih dahulu. Keduanya adalah syarat yang menjadi kualifikasi syahnya salat.
Menunaikan salat bukan sekadar membaca alfatihah, takbir, tasbih, dan tahmid saja, bahkan ia juga harus melakukan gerakan salat seperti rukuk dan sujud, serta bacaan dan gerakan lainnya yang menjadi rukun salat. Oleh karena itu pengetahuan mengenai amalan yang dikerjakan adalah wajib hukumnya.
Bertakwa artinya seorang muslim menjaga dan memelihara diri dari ketergelinciran dan kekeliruan dalam bertindak dan berperilaku. Bertakwa dalam pengertian ini mengisyaratkan bahwa seorang muslim yang bertakwa memelihara diri untuk selalu dalam perilaku saleh yang bermaslahat bagi dirinya dan orang lain. Maka orang yang bertakwa adalah orang yang memenangi pertarungan hebat dengan meninggalkan kebejatan untuk seterusnya menggantinya dengan amalan saleh. Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menahan amarah, mengendalikan diri, dan memberi manfaat bagi dirinya dan orang banyak. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu hidup berhampiran dengan para duafa, menjamu dan membantu orang yang memerlukan. Orang yang bertakwa adalah orang yang menjadikan orang lain dan lingkungan jadi aman, nyaman, dan tenteram. Orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa menjalin silaturrahmi dengan kerabat, anak yatim, fakir miskin, dan siapapun tanpa memandang latar belakang kehidupan. Orang yang bertakwa adalah orang yang memandang mulia orang-orang yang dekat dengan masjid, berzikir, dan bertilawat Alquran. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu mengharap ridho Allah. Keridhoan Allah adalah komponen yang dapat mengantarkan personal pada harapan dalam meraih martabat-martabat positif dalam hidup. Orang yang bertakwa adalah orang memperoleh anugerah dan rezeki yang mulia dari jalan yang tidak terduga. Karena itu orang yang bertakwa adalah orang berkepribadian tangguh dan memiliki kesehatan mental paripurna.
Ketakwaan kepada Allah adalah upaya meraih anugerah spiritual yang merupakan jalan maslahat personal, komunitas sosial, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Ketakwaan adalah jalan menuju suatu sistem yang teratur dan tertib dalam hidup bermasyarakat, sehingga ketakwaan adalah karakteristik dan model keteraturan yang terbentuk dari nilai-nilai spiritual yang dapat dikembangkan menjadi sebuah metodologi psikologi dalam memperoleh muatan kepribadian secara holistik. Maka dapat dikatakan bahwa antara takwa, bertakwa, dan ketakwaan adalah derivasi yang menghubungkan elemen-elemen kepribadian personal yang menguntungkan bagi setiap individu, komunitas sosial, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
Perilaku saleh yang mengantarkan pada derajat takwa adalah perilaku yang memberi maslahat-maslahat kepada banyak makhluk yang dapat saja melibatkan sesama, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan bebatuan. Indikator kesalehan berwujud, terlihat pada bagaimana individu melestarikan nilai-nilai kemanusiaan yang mengandung syariah, norma, dan etika sosial. Orang yang bertakwa adalah orang yang menjamin dimensi sosial lainnya jadi aman, tenang, tenteram, dan damai. Orang yang bertakwa adalah individu yang dapat menyinergikan elemen-elemen diri, berprinsip hidup yang syari, sesuai Alquran dan Sunnah, berkata benar, jujur, ikhlas, menjauhi berdusta, berghibah, berhasad, dan bernamimah.
Orang yang bertakwa hanyalah individu yang selalu menjaga koridor-koridor perilaku syar’i sebagai model tuntunan dan tatanan hidup sosial. Orang yang bertaqwa hanyalah orang yang ringan tangan dalam membantu fakir dan miskin, berinfaq untuk kepentingan sosial, dan dekat dengan anak yatim. Orang yang bertakwa adalah individu yang melekat pada dirinya sifat-sifat rabbani, sifat malaki, dan sifat rasuli. Oleh karena itu orang yang bertakwa adalah orang-orang yang berkepribadian dan memiliki kesehatan mental paripurna.
Dengan bertakwa, perilaku taqwa, dan menyifati ketakwaan, individu telah meneladani sifat-sifat ketuhanan yang melekat pada-Nya, malaikat, dan para nabi. Meneladani sifat berkepribadian rabbani, misalnya berperilaku dengan sifat rahmannya Tuhan berarti individu dapat merasakan kasih sayang yang mendalam, berempati, dan bersimpati pada sesama. Allah SWT yang memiliki sifat rahman, untuk diimplementasikan individu, sebagai internalisasi diri, selalu saling rasa, saling memahami, tolong-menolong, memahami kesulitan orang lain, dan berempati adalah penguatan ketakwaan terpadu integral dengan ihsan.
Individu yang berkepribadian malaki dan selalu tunduk dan taat pada aturan Tuhan seperti mana malaikat taat, dapat dipastikan berada dalam taqwa yang kemudian memelihara darinya dari ketergelinciran pada maksiat. Malaikat adalah makhluk Tuhan yang tidak dibekali nafsu, sehingga dapat menggiring hanya untuk taat pada perintah Tuhan. Individu yang meniru perilaku taat malaikat, seyogyanya memiliki kepribadian yang tenang dan tenteram sebagai efek dari dekatnya dengan Tuhan.
Individu yang melestarikan nilai kebajikan yang dicontohkan Rasulullah yang berada dalam ketawaddhuan sebagai seorang makshum, senantiasa beribadah sekalipun sudah bebas dari dosa, maka individu bertakwa dapat dipastikan selalu dalam ibadah dan ridho Allah.
Psikoterapi takwa, ketakwaan, dan bertakwa tidak dapat dipungkiri adalah model psikoterapi Islam yang teruji dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Model penerapan psikoterapi takwa, ketakwaan, dan bertakwa dapat diimplementasikan melalui pendekatan preventif, kuratif, dan konstruktif. Allahu a’lam bisshawab.
Diposkan oleh Tim Liputan Suska News
Dikutip dari Riau Pos Edisi Kamis, 8 Juni 2017