Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang teradopsi dari kemajuan IPTEK mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai, baik bersifat positif maupun negatif. Nilai-nilai positif bisa dilihat melalui perpaduan kebudayaan Islam dan kebudayaan Barat yang menjadikan Islam semakin kaya akan nilai-nilai kebudayaan melalui pembuktian sains dan teknologi. Selain itu dampak negatifnya tidak bisa disangkal berupa merosotnya nilai-nilai moralitas sebagian umat Islam yang cenderung menerima dan mengadopsi nilai-nilai budaya Barat tanpa filtrasi terlebih dahulu.
Salah satu dampak yang dirasakan saat ini seperti yang digambarkan oleh John Naisbit dalam Mega Trend 2000 menyebutkan kecenderungan masyarakat dalam 3F: fun (hiburan), food (makanan), and fashion (pakaian). Lain halnya dengan Jalaluddin Rahmat (1996:71) yang meramalkan dalam 5F: faith, fear, acts, fiction dan formulatilation. Menurut Emile Dukheim dalam buku yang ditulis oleh Soejono Soekanto (1974:217) masyarakat modern merupakan satu kesatuan organis yaitu adanya perbedaan individu (pluralisme) membuat mereka bermasyarakat, saling membantu dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Menurutnya, dalam kehidupan masyarakat modern, kebebasan individu, toleransi terhadap keyakinan individu dan caranya mengatur hidupnya semakin menonjol. Disaat yang sama, bidang-bidang kehidupan yang dikuasai oleh kesadaran kolektif semakin tersingkir dan menyempit.
Masyarakat diandaikan tidak berhak mencampuri urusan-urusan pribadi yang makin meluas.Selain individualisme yang digadang-gadangkan, nilai gotong royong juga semakin pudar. Berbagai kegiatan yang dahulu dilakukan masyarakat secara gotong royong sekarang bisa dilakukan oleh penyedia jasa. Dalam kehidupan yang semakin lama semakin mengglobal, perubahan itu akan dianggap sebagai suatu kebiasaan karena perkembangan teknologi, transportasi dan komunikasi yang cepat.Fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat modern dewasa ini dengan sebuah fenomena baru yang mewarnai kehidupan mereka disebut era global. Kehidupan manusia diwarnai dengan gaya kehidupan yang serba modern, baik cara berpakaian, cara makan, cara berbicara, kebebasan belanja, pilihan restoran, pilihan hiburan, tata rambut, tata busana dan sebagainya. Gaya hidup seperti ini merupakan kombinasi dan totalitas dari cara, tata, kebiasaan pilihan serta obyek-obyek yang mendukungnya.
Pergeseran nilai-nilai agama dan budaya membuat keresahan dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak penyakit masyarakat semakin hari semakin parah, seperti: kemiskinan, pencurian, minuman keras, narkoba, seks bebas, dan sebagainya. Usaha untuk mengantisifasi permasalahan ini tidak bisa lagi melalui dakwah konvensional, hanya melalui mimbar saja. Tetapi dakwah harus menyentuh mereka secara langsung dengan berbagai cara baru. Salah satunya dapat dilakukan melalui pendekatan dakwah yang memiliki inovasi. Salah satu bentuk inovasi yang bisa dilakukan yaitu melalui dakwah dinamis.
Dinamisasi Dakwah
Dakwah dinamis terdiri dari dua kata yaitu dakwah dan dinamis. Menurut Asep Muhidin (2002:19)dakwah adalah upaya kegiatan mengajak atau menyeru umat manusia agar berada di jalan Allah (sistem Islami) yang sesuai dengan fitrah dan kehanifannya secara integral, baik melalui kegiatan lisan dan tulisan atau kegiatan nalar dan perbuatan, sebagai upaya pengejawantahan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran spiritual yang universal sesuai dengan dasar Islam. Dakwah juga dapat dimaknai sebagai proses transformasi ajaran dan nilai-nilai Islam dari seorang atau sekelompok da’i kepada mad’u dengan tujuan orang yang menerima transformasi ajaran dan nilai-nilai Islam itu terjadi pencerahan iman dan juga perbaikan sikap serta prilaku yang Islami.
Selain pendapat di atas, dakwah dapat juga dimaknai dengan upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk terjadinya perubahan pikiran, keyakinan, sikap dan prilaku ke arah pikiran, keyakinan, sikap dan prilaku yang lebih Islami. Dengan kata lain, melalui kegiatan dakwah seseorang atau sekelompok orang akan berubah pikiran, keyakinan, sikap dan prilakunya ke arah yang lebih positif sesuai dengan ajaran yang ada dalam Islam.
Adapun kata dinamis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan penuh semangat, bertenaga sehingga cepat bergerak (selalu berubah-ubah) dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dan sebagainya, mengandung dinamika. Jadi dakwah dinamis adalah kegiatan dakwah yang dilakukan dengan penuh semangat, menyesuaikan dengan kondisi atau permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, tidak bersifat statis karena persoalan umat saat ini begitu kompleks. Dakwah dapat dilakukan dengan melihat keadaan masyarakat yang sebenar-benarnya dan mencari metode baru yang lebih menarik dan tepat untuk dilakukan dalam kegiatan dakwah.
Al-Qur’an juga mengajarkan da’i untuk melakukan beberapa cara dalam berdakwah dalam surat an-Nahl:125. Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan banahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dan jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl (16): 125)
Ahmad Watik Pratiknya (2012:113) menyatakan bahwa dakwah harus diformat untuk bisa menghadapi tantangan zaman. Ini berarti bahwa dakwah tidak hanya digunakan untuk merehabilitasi dampak kemungkaran akibat perkembangan zaman tetapi juga bisa dijadikan sebagai determinan dalam mengendalikan perkembangan zaman. Ada lima ciri dan esensi perkembangan zaman atau globalisasi yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan dakwah, yaitu: terjadinya proses transfer nilai yang intensif dan ekstensif, terjadinya transfer teknologi yang masif dengan berbagai akibatnya, terjadinya mobilitas dan kegiatan umat manusia yang tinggi dan padat, terjadinya kecenderungan budaya global kontemporeryaitu kehidupan yang materialistis, hedonistik, maupun pengingkaran terhadap nilai-nilai agama, terjadinya krisis sosok keteladanan bagi bangsa kerana figur-figur kurang amanah.
Dakwah dinamis lahir sebagai reaksi dari kegiatan dakwah yang selama ini dilakukan. Dakwah dinamis saat ini merupakan terobosan yang terus berkembang. Melalui dakwah dinamis banyak kegiatan dan nuansa baru yang bisa digunakan. Pemanfaatan media cetak, elektronik, visual, maupun audio visual, semuanya bisa dimanfaatkan dengan optimal. Saat ini lapisan masyarakat bisa memperoleh sentuhan dakwah melalui media sosial. Tingginya tingkat pengguna media sosial saat ini menjadi peluang yang besar bagi penyebar pesan-pesan dakwah. Misalnya Ustad Abdul Somad, salah satu figur da’i yang sangat fenomenal saat ini. Metode dakwahnya sederhana tetapi padat isinya. Pembawaannya yang hangat, bahasa yang sederhana menjadi salah satu daya tarik kegiatan dakwahnya. Kegiatan dakwah Ustad Abdul Somad tidak hanya bisa dinikmati oleh orang yang ada di masjid tetapi juga bisa dinikmati melalui media-media sosial, seperti youtube, instagram, washapp, twiter, facebook, dan lain sebagainya. Ustad Abdul Somad juga mempunyai tim solid dalam kegiatan dakwahnya. Tim inilah yang ikut serta menyukseskan kegiatan dakwahnya sehingga secara berkesinambungan selalu muncul materi-materi baru yang di upload ke sosial media. Selain itu, setiap orang bisa men-share ulang materi dakwah yang sudah ia nikmati sesuai dengan kreasi yang bisa diciptakan oleh masing-masing individu.
Sosok lain yang bisa menjadi figur da’i kekinian yaitu Ustad Yusuf Mansur. Ustad Yusuf Mansur sosok yang sederhana, juga aktif berdakwah melalui sosial media. Aktif meng-upload kegiatan sehari-harinya di media sosial. Memiliki usaha yang berorientasikan ummat (paytreen). Ia juga mempunyai sekolah yang fokus pada program tahfizh Qur’an.
Pemanfaatan Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu jalan keberhasilan dakwah kedua sosok ustad ini. Dakwah juga harus berkembang sesuai dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Masyarakat selalu berubah, menghasilkan kebudayaan-kebudayaan baru sehingga merubah sistem-sistem yang ada di masyarakat. Seiring dengan perubahan yang terjadi di masyarakat juga memicu permasalahan yang berinovasi pula. Oleh karena itu, dakwah sebagai salah satu terobosan dalam menyelesaikan permasalahan umat juga harus berinovasi seperti yang dilakukan kedua ustad tersebut.
Selain dakwah dinamis dikenal pula istilah dinamika dakwah yaitu dakwah yang bersifat tidak kaku, tetapi mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam masyarakat. Apabila dakwah dinamis terlaksana dengan baik maka dakwah akan berfungsi sebagai alat dinamisator dan katalisator atau filter dalam mencapai kebahagiaan di dundia dan akhirat. Kondisi ini dapat diasumsikan, apabila dakwah tidak melakukan perubahan maka kemungkinan dakwah tidak relevan lagi dengan perubahan dunia yang cepat dan pesat. Perubahan yang terjadi sangat cepat melahirkan penerimaan variasi cara hidup di masyarakat.
Saat ini masalah yang terjadi dalam masyarakat semakin kompleks seiring dengan pengaruh yang datang sebagai dampak globalisasi. Masyarakat sekarang dikenal dengan istilah masyarakat modern.Masyarakat modern dapat dilihat dari struktur kehidupan masyarakat yang dinamis dan kreatif untuk melahirkan gagasan-gagasan baru demi kepentingan manusia dalam berbagai sektor kehidupan. Daya berpikir dan daya cipta semakin berkembang untuk memformulasikan makna kehidupan dalam konteks yang nyata, yang mengakibatkan pergeseran nilai-nilai budaya yang setiap saat berlangsung walaupun secara lamban, maupun pasti.
Kemudian melalui dakwah dinamis setiap orang bisa ikut ambil bagian dalam berdakwah. Dakwah dinamis bisa dilakukan seorang diri, berkelompok, maupun dengan melibatkan pemerintah dan lembaga-lembaga terkait. Semuanya bisa dilakukan sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Upaya untuk mengantisipasi permasalahan yang terjadi pada masyarakat modern maka diperlukan dakwah yang dinamis, bersifat aktual, faktual dan kontekstual. Hal ini berguna untuk mengkaji permasalahan baru dalam masyarakat yang akan menjadi kajian dalam dakwah. Dakwah dinamis harus dilakukan agar masalah yang ada bisa diselesaikan secara tepat.
Dakwah saat ini harus bersifat sangat aktif. Tidak hanya melalui mimbar, tetapi juga melalui aksi nyata. Pemanfaatan media-media yang bisa digunakan dalam kegiatan dakwah harus dimanfaatkan secara optimal. Melalui dakwah dinamis setiap orang yang menikmati sosial media bisa juga melakukannya dengan menshare kembali meteri dakwah yang telah ia nikmati. Jadi yang berdakwah tidak hanya da’i tetapi semua orang juga berkesempatan melakukannya.
Nur Alhidayatillah, M.Kom.I
Dosen Manajemen Dakwah UIN Sultan Syarif Kasim Riau