Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Padi ditanam menjadi benih. Daun yang halus hijau menyatu dalam rumpun, kemudian rumpunpun dipisah lalu ditanam. Tumbuh, hidup, lalu berisi menguning dan merunduk. Itulah padi semakin berisi semakin merunduk. Ilmupun demikian adanya.
Semenjak lahirpun ke dunia ini kita belajar dari pengetahuan. Dari tak tahu kemudian mencari tahu dan menjadi tahu, itulah proses kehidupan tak pernah habis mencari pengetahuan. Anak kecil tak pernah tahu bahwa api itu panas kalau bukan orang tuanya yang memberitahu lalu sang anak mempunyai rasa penasaran kemudian api pun dipegang barulah ia tahu bahwa api itu memang panas. Menurut saya mencari ilmu sama saja seperti menanam padi di ladang, dari benih yang kecil tumbuh berisi dan merunduk kemudian memberikan manfaat bagi orang lain. Dari butiran-butiran menjadi seonggok nasi, onggokan itulah
membuat perut orang menjadi berisi. Belum lagi batang padi setelah dibakar disebut merang dan dijadikan untuk penghitam rambut anak sewaktu dulu.
Berbicara mengenai kampus madani adalah tempat nya ilmu para peneliti, tunjuk ajar budi pekerti ilmu yang berarti. Gedung kampus yang menjulang tinggi, pepohonan hijau dikanan kiri, kubah masjid dan warna hijau sebagai icon kampus yang islami ditambah lagi perkembangan teknologi yang membarengi. Hilir mudik para insan kamil yang haus akan
ilmu, aktifitas diskusi rumput memang patut diacungi jempol.
Filsafat ilmu adalah rumpunnya segala ilmu, berbicara mengenai kejiwaan ada pada ilmu psikologi, sistem perekonomian terletak pada ilmu manajemen ekonomi, berbicara tentang kasus pidana atau perdata menjadi kajian ilmu hukum. Tak hanya sebatas itu masih banyak kajian yang lainnya. Segala permasalahan dan proses kehidupan di dunia ini tak pernah terlepas penyeselaiannya dari ilmu. Meskipun demikian banyak segelintir orang yang mensia-siakan kesempatan untuk belajar menuntut ilmu, seperti gaya acuh tak acu dan tak butuh.
Dalam beberapa kasus mengenai ketidakdisplinan dalam dunia kampus, Mahasiswa datang terlambat masuk kelas dengan gaya santai tak bersalah, tidak hadir dikelas tanpa kabar, mengumpulkan tugas tidak ontime, menghubungi Dosen tanpa berucap salam, euforia life style mengikut kawan. Inilah fakta yang terjadi dalam fenomenanya. Yang punya badan tak sadar untung, orang tua dikampung menguras tenaga bercucuran keringat mencari uang, dikota tidur beralaskan kasur sedangkan si wali beralaskan tikar. Ilmu dan pengalaman yang didapat tak seberapa namun biaya yang habis berjuta-juta. Miris memang miris.
Ilmu ibarat samudra, ilmu adalah aset yang berharga. Jika harta yang diwariskan maka habislah seiring memenuhi tuntutan kebutuhan hidup, jika ilmu yang diasetkan maka tentulah bahagia diakhir zaman. Jangan berharap dengan warisan sebab tak kan ada berkekalan jika ilmu yang dikejar dan dipelajari mesti hidup aman walau dalam kesulitan. Orang tak kan ada
menolong jika dalam kesusahan jika badan tak pandai menjalin hubungan, rezeki datang berkat jalinan persaudaraan. Lebih baik bersusah susah mencari ilmu diladang cendekiawan dari pada membuang uang di ladang hiburan. Tak perlu mengikut life style kekinian sebab membuang masa di masa bujang. Namun bangunlah diri untuk secercah harapan mencari terang. Seperti nasehat raja Ali haji dalam gurindam 12 fasal 5 yaitu jika hendak mengenal orang berbangsa lihat kepada budi bahasa, jika hendak mengenal orang yang berbahagia sangat memelihara yang sia-sia, jika hendak mengenal orang yang mulia lihat kepada
kelakuan dia, jika hendak mengenal orang yang berilmu bertanya dan belajar tiadalah dia, jika hendak mengenal orang yang berakal dia dalam dunia mengambil bekal, jika hendak mengenal orang yang baik perangai lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Ilmu diartikan dalam bahasa arab yang artinya tahu atau mengetahui sedangkan dalam bahasa inggris yaitu science yang artinya pengetahuan atau knowledge. Kata science umumnya diartikan ilmu tapi juga diartikandengan ilmu pengetahuan. Meskipun mempunyai makna yang sama.
Al-qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan yang mendorong manusia untuk harus berpikir, karena kalamullah didalamnya mengharuskan manusia untuk mengkaji secara rinci ayat-ayat tersebut. Berpikir itulah dikatakan dengan berfilsafat.
Tuntutan pekerjaan dimasa yang akan datang semakin berat, orang harus punya life skill. Mereka dituntut harus bisa ini dan bisa itu, ujung-ujungnya masuk ke teknologi. Tidak punya skill akan ditinggalkan apalagi tidak bisa memanfaatkan erkembangan teknologi,
sekarang ini semuanya dapat diakses dengan cepat melalui teknologi. Nah ini bagian dari ilmu teknologi, semuanya berawal dari ilmu dan akan berakhir dengan ilmu.
Kampus adalah salah satu mediasi kita dalam menuntut ilmu. Semuanya bisa kita gali dan pelajari. Bertukar informasi sesama dosen atau mahasiswa, membahas isu-isu dan fenomena di tingkat daerah dan nasional bahkan kancah internasional dalam diskusi-diskusi kecil, melakukan penelitian dengan teoritis kepustakaan, melakukan pengabdian dilingkungan masyarakat, menemukan hal-hal dan pengetahuan yang baru tentu menjadi keasyikan tersendiri. Mengikuti seminar-seminar dan pelatihan akan menambah wawasan pengetahuan seseorang, bisa jadi menemukan kawan-kawan yang baru begitu juga dengan mahasiswa jika ingin membangun leadhership dalam diri ayo gabung di organisasi. Jadikann organisasi sebagai wadah untuk menggali bakat dan potensi yang ada. Sangat disayangkankan jika aktifitas setelah kuliah hanya dihabiskan didalam rumah. Lebih baik menjalin hubungan relasi, ikut kegiatan positif. Buang jauh-jauh sifat anarkis dan aksi demo yang tak teratur dan tak berujung. Menyebabkan kerugian dari beberapa pihak yang tak bersalah. Tak seharusnya hal hal seperti itu dilakukan oleh orang yang berada dalam naungan kampus tempatnya para cerdik pandai.
Allah SWT mengangkat derajat orang –orang yang memiliki ilmu pengetahuan di yaumul akhir. Saatnya kita menggarap ladang ilmu dikampus madani dengan para cendekiawan cerdik pandai.