Era millennial mungkin masih kurang populer bagi sebagian orang. Secara gamblang era millennial dapat dilihat dari fenomena yang muncul pada masyarakat saat ini. Fenomena yang bisa dilihat dari aktivitas sehari-hari, kebiasaan, ketergantungan kepada koneksi internet, bersifat individual, egoisme, narsis, eksis, kerawanan mental dan lain sebagainya. Ketergantungan masyarakat terhadap kecanggihan teknologi, informasi, dan transformasi dianggap sebagai media atau alat untuk mempermudah aktivitasnya. Sebaliknya, teknologi bisa menjadi momok bagi orang banyak karena dianggap tidak sesuai dengan aturan atau norma yang ada. Kondisi seperti ini menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial yang lahir dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat masa kini.
Generasi millennial saat ini menyita perhatian semua kalangan. Generasi millennial sering menjadi perbincangan dalam segala aspek, baik dari segi pendidikan, norma-norma, kesadaran sosial, kondisi mental, termasuk ketergantungan terhadap penggunaan teknologi. Hal ini dikarenakan perubahan cara hidup yang mencolok dengan generasi sebelumnya. Perubahan yang sangat dominan ini menyebabkan lahirnya sikap, idiologi, dan paham yang sangat berbeda dengan generasi-generasi terdahulu. Generasi millennial dianggap sebagai pembawa nilai-nilai negatif karena pengaruh yang dikonsumsi datang dari luar. Generasi millennial sangat terbuka dengan teknologi. Misal sederhana semua rumah mempunyai televisi, bahkan lebih dari satu. Dalam satu rumah memiliki channel favorit masing-masing sehingga bisa mempengaruhi sikap keseharian setiap individu. Setiap orang juga mempunyai smartphone dengan segala fitur terbaru yang ditawarkan. Facebook, youtube, twiter, instagram, whatshap dan lain sebagainya merupakan media yang paling banyak digunakan oleh generasi millennial.
Media sosial jika dimanfaatkan secara bijak maka banyak keuntungan yang bisa diperoleh bagi penggunanya. Melalui aplikasi-aplikasi yang ditawarkan, manusia saat ini dipermudah dalam proses komunikasi. Komunikasi tidak lagi tergantung kepada jarak tempuh dan waktu, dan biayanya lebih murah. Selain dampak negatif yang ditimbulkan, media sosial juga bisa dijadikan media pembelajaran, misalnya pemanfaatan vidio-vidio terkait materi yang diajarkan bisa kita dapatkan melalui aplikasi-aplikasi yang ditawarkan. Beragam tutorial tentang pembelajaran, pembangunan, keterampilan juga tersedia melalui aplikasi-aplikasi yang tersedia.
Penggunaan media-media sosial yang hampir 24 jam dinikmati tidak hanya menyuguhkan informasi yang akurat. Banyak juga modus-modus kejahatan, penipuan yang digencarkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Penyebaran informasi bohong (hoaks), vidio-vidio yang tidak layak ditonton, penyebaran paham yang meresahkan masyarakat menjadi masalah sosial yang sulit untuk ditangani secara nyata. Selain itu, batas pengguna aplikasi-aplikasi tersebut tidak sepenuhnya terkontrol sehingga anak-anak dibawah umur telah melihat aksi yang seharusnya tidak mereka lihat. Kondisi seperti ini hampir meliputi setiap aktivitas yang terjadi di dunia maya. Akhirnya, mental-mental manusia saat ini secara perlahan mengalami perubahan, baik secara cepat maupun lambat.
Nilai-nilai sosial yang dulu sangat dielu-elukan seakan sudah hilang entah ke mana. Adat istiadat yang menjadi kontrol sosial seakan telah ditinggalkan oleh masyarakat muda. Mereka lebih mengedepankan rasionalisme dan egoisme dalam menyikapi sesuatu. Ketika paham mereka tidak sampai maka emosi yang akan mencuat kepermukaan. Kemarahan, makian, cercaan, aksi brutal menjadi tontonan yang lumrah saat ini. Paling parah ketika nilai-nilai keislaman yang selama ini menjadi kebanggaan umat Islam perlahan diracuni oleh pemikiran-pemikiran yang bertujuan menyesatkan umat. Kata-kata modern dijadikan sebagai dalih sedangkan agama dipandang sebagai sesuatu yang kolot alias ketinggalan zaman. Modern diakui ketika manusia saat ini mampu hidup seperti orang barat dalam segala aspek kehidupannya. Modern diakui jika mampu bersikap seperti yang dilakukan orang banyak, tidak lagi berdasarkan nilai agama atau nilai adat istiadat.
Terlepas dari pengaruh negatif yang dianggap mendominasi generasi millennial maka ada sisi lain yang membantah kondisi ini. Dibalik label negatif yang melekat pada generasi millennial, mereka merasa tidak ada masalah dengan kondisi yang ada. Generasi millennial menganggap kemajuan yang terjadi saat ini harus dimanfaatkan secara optimal. Kecanggihan media informasi, transportasi, dan teknologi menjawab segala kebutuhan manusia masa kini. Rugi jika tidak menjadi bagian dari kemajuan ini. Melalui satu tombol yang tersedia dilayar komputer, handphone dan media elektronik lainnya pekerjaan manusia dipermudah. Pekerjaan yang dahulu dilakukan dalam hitungan jam, hari, bahkan minggu, saat ini sudah bisa dilakukan selama beberapa menit dengan menekan satu tombol. Kecanggihan seperti ini menjadi kebanggaan bagi generasi millennial yang sangat menikmati kecanggihan yang ada saat ini. Proses pembelajaran yang zaman dahulu hanya dilakukan di sekolah dan pada jam-jam tertentu, saat ini pelajar sudah bisa mengakses melalui media yang ada tanpa ada batasan jam dan tempat. Buku-buku juga tidak hanya dalam bentuk kertas saja, saat ini sudah tersedia e-book. Begitu juga dengan besar kecilnya sebuah benda saat ini sudah bisa diinovasi dengan kelengkapan segala fitur-fiturnya.
Dampak positif dan negatif dari kemajuan dunia saat ini menjadi boomerang aktif disemua sisi-sisinya. Ketika kemajuan dianggap sebagai kiblat bagi generasi millenial. Kiblat kebebasan, kiblat kebenaran, kiblat kemodrenan dianggap seperti yang dilakukan oleh orang kebanyakan. Padahal tidak semua yang dilakukan orang banyak selalu benar. Ada masanya kebenaran itu akan menjadi asing karena sedikit orang yang memahami dan melaksanakannya. Tidak pahamnya generasi millenial terhadap nilai-nilai yang ada dalam Islam mengakibatkannya lari dari kebenaran yang sebenarnya. Menyalahkan Islam sebagai penghambat kemajuan, pengekang kebebasan, pencipta permusuhan, biang terorisme, dan lain-lainnya. Semua pendapat ini banyak dikonsumsi oleh generasi millenial melalui media-media yang adaa saat ini. Agama dianggap sebagai sesuatu yang melahirkan diskriminasi bagi pemeluknya. Ini menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar bagi umat Islam untuk meluruskan pemahaman ini.
Islam sebagai agama rahmatallil ‘alamin tidak pernah membelenggu umat Islam untuk maju. Islam datang seperti cahaya disaat kegelapan meliputi semesta. Islam datang seperti hujan di gurun pasir yang membawa kesejukan dan kedamian bagi sesama. Islam tidak pernah membelenggu kreativitas manusia saat ini. Islam hanya memberikan rambu-rambu yang jelas tentang sebuah perkara supaya tidak salah dalam menyikapinya. Islam tidak pernah memilih keluarga, harta, kekuasaan dan yang lainnya. Islam memandang semua manusia memiliki posisi yang sama, hanya ketaqwaan yang menjadi pembedanya. Jadi, salah besar ketika mayoritas anggapan yang menyatakan Islam sebagai penghambat kemajuan saat ini.
Tidak pahamnya generasi millenial terhadap nilai-nilai yang ada dalam Islam mengakibatkannya lari dari kebenaran yang sebenarnya. Menyalahkan Islam sebagai penghambat kemajuan, pengekang kebebasan, pencipta permusuhan, dan berbagai label . Semua pendapat ini banyak dikonsumsi oleh generasi millenial melalui media-media yang ada saat ini. Generasi millennial maju dari segi pemanfaatan kecanggihan yang hadir saat ini. Tetapi untuk menyeimbangkan penggunaanya harus tetap sesuai dengan norma-norma yang ada dalam Islam. Ada rambu-rambu yang harus dijadikan pedoman dalam pemanfaatan teknologi. Selain itu, individualisme, egoisme, hedonisme yang mendominasi generasi millennial akan bisa diminimalisir melalui pendekatan-pendekatan agama. Pemahaman agama yang baik bagi generasi millennial akan menjadikannya manusia yang sesungguhnya. Percaya akan kebenaran Islam, sadar terhadap kebutuhan individu dan sosialnya. Hidup tidak hanya untuk mengedepakan egoisme saja, tetapi kemampuan untuk menerima keberadaan orang lain juga penting. Individualisme juga bukan ajaran Islam yang hakiki, Islam menyuruh ummatnya untuk bersaudara, bersilatuhrahmi, tolong menolong dalam kebaikan dan tidak membantu dalam keburukan,
Pendekatan agama atau dakwah terhadap generasi millennial juga harus dilakukan melalui pemanfaatan media-media komunikasi karena pengguna terbanyak adalah generasi millennial. Dakwah melalui pemanfaatan media komunikasi dan teknologi akan lebih mudah mencapai sasaran karena beda generasi beda pula cara pendekatan yang digunakan. Saat ini sudah hadir da’i-da’i yang mempunyai ciri khas tersendiri, mulai dari materi, style, retorika, performa, dan lain sebagainya. Generasi millennial sudah diberikan pilihan dari yang seperti apa yang akan mereka cari, style seperti apa yang akan mereka ikuti, materi apa yang mereka butuhkan, semua ini sudah bisa mereka dapatkan melalui situs-situs yang tersedia. Kapan waktunya, berapa lama, di mana, semuanya sudah bisa diatur oleh generasi millennial karena semua pilihan ini sudah tersedia.