uin-suska.ac.id – virus Corona telah menjadi epidemi menakutkan dunia saat ini. Penyeberannya yang melampaui ekspektasi, menebar kerisauan dan membuat orang-orang terperangah.
Berbagai kajian dilakukan. Sebagai bentuk kepedulian dan keresahan. Tak terkecuali di UIN Suska Riau.
Pusat Studi Ilmu Data (PSID) yang digawangi dua dosen muda, Dr. Rahmad Kurniawan, ST, MIT dan Benny Sukma Negara, MT bersama dosen UIN Suska lainnya, tak tinggal diam melakukan kajian.
PSID UIN Suska Riau pun melakukan riset awal. Mengevaluasi hipotesis. dimana daerah dengan karakteristik sosial ekonomi yang sama, menunjukkan distribusi penyakit menular 2019-nCoV yang serupa pula. “Alhamdulillah kami telah mendapatkan data yang akurat tentang sosio ekonomi lima tahun terakhir dari 31 Provinsi di China”, ujar DR. Rahmad Kurniawan, ST, MIT.
Berbagai algoritma dari pembelajaran mesin (Machine Learning) telah digunakan untuk eksperimen ini. Seperti Decision Tree, KNN, SVM, Random Forest, Naive Bayes, Logistic Regression dan AdaBoost.
Lalu apa saja faktor utama sosio ekonomi yang berhubungan kuat dengan penyakit menular virus corona 2019-nCoV ini dari segi sosio ekonomi?
Ternyata, populasi perkotaan atau Urban Population menempati urutan pertama. Adanya korelasi yang kuat antara peningkatan urban population di negara China dengan wabah 2019-nCoV.
Disamping itu, tingkat pengangguran atau Unemployment Rate. Angka kematian atau Death Rate.Pertumbuhan alami atau Natural Growth Rate dan Collective Household, turut jadi faktor penyumbang lainnya.
Dr. RK atau sapaan dekat Dr. Rahmad Kurniawan, ST, MIT mengatakan, bahwa tahap eksperimen selanjutnya yang dilakukan menganalisa komponen utama atau Principal Component Analysis dengan cara mengelompokkan atau mengklasterkan daerah di China berdasarkan keadaan sosio ekonominya.
Hasilnya, adanya kecenderungan yang kuat bahwa daerah yang mempunyai karakteristik yang sama dalam sosio ekonomi juga sama-sama terdampak virus corona 2019-nCoV . Seperti provinsi Hubei, Beijing, Guangdong dan Shanghai dalam kelompok yang sama.
Dengan demikian, faktor sosio ekonomi perlu menjadi perhatian utama bagi negara-negara yang ikut memerangi virus corona 2019-nCoV seperti Indonesia.
Selain melakukan pencegahan masuknya wabah Corona, untuk jangka panjang Indonesia juga harus lebih tanggap dalam melihat kecenderungan tingginya angka populasi perkotaan.
Fator lainnya juga pengangguran dan pertumbuhan penduduk. Karena faktor ini berkolerasi dengan potensi wabah penyakit menular, jelas Benny Sukma Negara, MT, yang juga ketua Pusat Studi Ilmu Data UIN Suska Riau.
Lebih lanjut Benny Sukma Negara yang juga kepala PTIPD UIN Suska Riau mengatakan, survey oleh Worldometers, mencatat pada 2019 jumlah penduduk perkotaan di Indonesia sebanyak 150,9 juta jiwa atau 55,8% dari total penduduk Indonesia yang sebesar 270,6 juta jiwa.
Dominasi tersebut meningkat 0,7% dari tahun sebelumnya yang sebesar 147,6 juta jiwa atau 55,1% dari total penduduk Indonesia yang sebesar 267,7 juta jiwa.
Worldometers juga memproyeksikan, selama lima tahun mendatang jumlah penduduk perkotaan di Indonesia semakin meningkat.
Pada 2020, penduduk perkotaan diproyeksikan sebanyak 154,2 juta jiwa atau 56,4% dari total penduduk Indonesia yang sebesar 273,5 juta jiwa. Angka tersebut meningkat pada 2025 hingga mencapai 170,4 juta jiwa atau 59,3% dari total penduduk Indonesia yang sebesar 287 juta jiwa.
Tentu hal ini penting menjadi catatan pemerintah Indonesia. Terkait pencegahan epidemi virus Corona.***
Humas UIN Suska Riau
Sumber: Rilis PSID UIN Suska Riau
Editor: Suardi