uin-suska.ac.id Menandai dimulainya perkuliahan semester ganjil Tahun Akademik 2020/2021, Program Pascasarjana UIN Suska Riau gelar Kuliah Umum bertajuk “Peningkatan Kompetensi Keilmuan Perkembangan Kajian Islam di Indonesia” secara virtual melalui aplikasi Zoom dengan menghadirkan narasumber , Wakil Dekan Fakultas Manajemen Pengembangan Islam UNISSA Brunei Darussalam, Prof. Dr. Anis Malik Thoha, dan Guru Besar UIN Sumatera Utara, Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA, Senin (5/10/2020).
Prof. Dr. Anis Malik Thoha selaku narasumber pertama menyampaikan materi tentang Kajian Islam di Indonesia, Quo Vadis? dan Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA menyampaikan materi tentang menyikapi dikotomi keilmuan Islam yang tidak kunjung berakhir.
Kuliah umum yang diikuti oleh ratusan mahasiswa baru pascasarjana ini dibuka langsung oleh Rektor UIN Suska Riau, Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, S.Ag., M.Ag. “Saya menyambut baik langkah-langkah yang diambil oleh pascasarjana dalam meningkatkan kompetensi otoritas keilmuan, semoga bemanfaat”, ungkapnya.
Pemateri pertama Prof. Dr. Anis Malik Thoha dalam penjelasannya menyampaikan bahwa objektives dari materi yang sampaikan adalah sebagai berikut : To recognize the direction for whitch the Islamic studies in Indonesia is being geared up, To identify the extent to which the Islamic studies in Indonesia has progressed, so far, To deleniate the factors involve in this progress, To create awareness among the muslim students about the fierce “war of ideas” at work, To instill and nurture the appropriate dispositional anticipation.
Sedangkan pemateri kedua Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA menjelaskan bahwa dikotomi keilmuan terbagi menjadi lima yaitu dikotomi vertical, dikotomi horizontal, dikotomi aktualitas, dikotomi etis dan dikotomi interpersonal. “Kita harus fokus membicarakan dikotomi ini kemudian menjawabnya dengan mengajukan gagasan integrasi ilmu secara vetikal, horizontal, aktualitas, etis dan intepesonal pula”, tegasnya.
Beliau juga berharap kedepannya Istilah ilmu umum dan ilmu agama harus diakhiri dan diganti dengan istilah Islamic Studies dan Islamic Sains. “Bila kita menyadari ilmu itu dari Allah, maka akan ada kesatuan ilmu, bila ada kesadaran akan kesatuan ilmu maka integrasi menjadi keniscayaan yang harus kita kembangkan”. Pungkas Syahrin.
Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Afrizal, MA mengucapkan terima kasih kepada naasumber yang telah memberikan pemikiran baru terkait Kompetensi Keilmuan Perkembangan Kajian Islam di Indonesia.
Setelah narasumber menyampaikan materinya, para peserta kuliah umum sangat antusias mengikuti sesi Tanya jawab. Jumlah mahasiswa baru pascasarjana Tahun Kademik 2020/2021 sebanyak 277 orang yang terdiri dari 202 orang program Magister dan 75 orang program Doktor yang tersebar di berbagai program studi yang ada.
Penulis : Nurazmi
Editor : M. Huzaini
Fotografer : Nurazmi/Huzaini