uin-suska.ac.id Prof. Dr. Alaidin Koto, MA, Prof. Dr. H. Achmad Gunaryo, M.Soc.Sc dan Dr. Drh.H. Chaidir,MM didaulat menjadi narasumber sesi ke III s.d V pada Dialog Budaya Keagamaan Nusantara di Provinsi Riau di Hotel Pangeran Pekanbaru, Selasa (13/10/2020).
Prof. Dr. H. Alaidin Koto, MA selaku Guru Besar UIN Suska Riau sekaligus Ketua Dewan Kehormatan UIN Suska Riau menjadi narasumber pada sesi ke-III dengan tema “Aktualisasi Spirit Regiusitas, Kebangsaan dan Dakwah dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
”Kondisi NKRI hari ini menunjukkan realita semakin jauh dari apa yang diharapkan pada saat reformasi 1998. Seluruh sektor kehidupan mengalami kemunduran yang luar biasa sehingga menimbulkan kecemasan. Diantara sektor yang mengalami kemunduran terpenting adalah semakin rapuhnya persatuan dan kesatuan”, ungkap Alaidin diawal penyampaian materinya.
Selanjutnya beliau menjelaskan arti pentingnya menerapkan nilai-nilai keberagaman, keberbangsaan dan dakwah menjadi bingkai yang bisa mempererat kembali persatuan dan kesatuan bangsa. “Dalam spirit keberagaman, semangat kebertuhanan dan kebernabian sangat diperlukan sehingga manusia merasa satu dalam tujuan hidupnya, melahirkan semangat kesatuan dan sikap toleran dalam perbedaan. Spirit keberbangsaan akan menumbuhkan patriotisme kebangsaan yang kuat sehingga manusia akan terpanggil untuk berkorban apa saja bila bangsa dan negaranya direndahkan, apalagi dijajah dan diberlakukan secara tidak adil. Kemudian spirit dakwah, semangat amar ma’ruf nahi mungkar harus semakin diperhebat dengan memadukan semangat keberagaman dan keberbangsaan dan harus terus menerus digelorakan sehingga tidak ada celah bagi musuh-musuh untuk masuk dan melemahkannya”, ungkap Alaidin.
Semangat keberagaman, keberbangsaan dan dakwah wajib diaktualisasikan semua komponen bangsa, melangkah bersama mewujudkan persatuan dan kesatuan NKRI.
Pada sesi ke-IV, Kepala Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Prof. Dr. H. Achmad Gunaryo, M.Soc.Sc memaparkan materi dengan tema “Peran dan Kebijakan Kementerian Agama dalam Penguatan Kehidupan Agama yang Lebih Moderat dan Toleran”.
“Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai satu dari Philosofische Grondslag negara dalam tataran prakteknya harus diupayakan sebab jika tidak diupayakan, maka nanti negara tidak menghormati Philosofische Grondslag yang dianutnya sendiri. Bagaimanapun juga Ketuhanan Yang Maha Esa urusannya persoalan agama maka pemerintah mempunyai kewajiban menjadikannya sebagai bagian dari pembangunan nasional”, Ujar Gunaryo.
Negara demokrasi memfasilitasi berkembangnya agama dan negara mengadopsi agama tertentu sehingga rakyat akan digiring mengadopsi agama yang diadopsi negara. Kebijakan Kementerian Agama sangat berperan dalam penguatan kehidupan Agama yang lebih moderat dan toleran di Indonesia yang demokrasi.
Di sesi terakhir, Budayawan Riau, Dr. Drh. Chaidir, MM memaparkan tema “Kontribusi Khazanah Budaya Budaya dalam membangun masyarakat yang moderat dan toleran”. Secara lugas Chaidir menyampaikan bahwa nilai luhur ajar melayu mengutamakan persatuan dan kesatuan, menjunjung tinggi kegotongroyongan dan menegakkan tenggang rasa di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Sikap dan pandangan orang dan masyarakat melayu terhadap prinsip persatuan dan kesatuan, kegotongroyongan dan bertenggangrasa atau toleransi dapat disimak dari ungkapan “Adat hidup berkaum bangsa; Sakit senang sama dirasa; Adat hidup berkaum bangsa; Tolong menolong rasa merasa; Adat hidup sama sekampung; sakit senang sama ditampung; Laba rugi sama dihitung; beban dan hutang sama ditanggung, Didalam sempit sama berlindung; Bila karam sama mengapung; Adat hidup Melayu beradat; Sesama makhluk ia bersahabat; Berbuat baik menjadi sifat; Tolong menolong sudah melekat; Tenggang menenggang sesama umat; Bertanam budi tiada berhad”, Ungkap Chaidir dengan cengkok melayunya.
Butir-butir tunjuk ajar melayu sudah menjadi memori kolektif Melayu nusantara, apalagi dari dahulu bahasa melayu menjadi lingua franca di nusantara yang kemudian menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.
Penulis : Azmi
Editor : Jasnida
Fotografer : M. Huzaini