Post Views: 29
Oleh : Suardi
(Dosen Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau)
Mungkin banyak kita yang salah kaprah. Kerjaan Setan itu hanya sekedar menggoda manusia untuk berbuat jahat saja. Sebagai makhluk hina, laknat dan tercela, godaan Setan hanya” mempan” bagi orang biasa. Orang-orang awam dan” bejad “saja. Orang-orang yang lemah Imannya. Dangkal ilmu pengetahuan juga agamanya.
Sedangkan orang-orang Sholeh dan Sholehah yang dalam agamanya, jangan khawatir lah. Begitu juga para ulama dan orang yang dianggap mulia. Mengusir setan atau Iblis itu mudah saja bagi mereka.
Tapi apa iya? Se “Cemen” itu kah? Bukankah Iblis berjanji untuk menggod manusia hingga akhir zaman? Siapapun dia? Bagaimanapun caranya?
Dalam Alquran “Iblis berkata: ‘Karena Engkau telah menyesatkanku, aku pasti akan (menghalangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.'” (QS. Al-A’raf [7]: 16-17) Ini adalah janji iblis atau Setan kepada Allah.
Artinya siapapun anda, iblis akan selalu mencari cara untuk menggoda. Mau ahli ibadah, pemuka agama, pejabat pemerintah, bahkan ulama. Iblis tak akan meyeerah begitu saja.
Jangan lupa, sebelum pemberontakannya, Iblis dikenal sebagai ahli ibadah kepada Allah. Atau yang lebih dikenal sebagai makhluk yang Sholeh juga. Bahkan ada pandangan bahwa ia memiliki kedudukan tinggi di antara para malaikat karena ketaatannya dan pengetahuannya yang luas, meskipun dalam esensi penciptaan, ia adalah jin. Dalam Tafsir Al-Qurthubi, disebutkan bahwa Iblis adalah pemimpin di langit dunia sebelum ia membangkang, dan ia dikenal sebagai ‘Azazil’ sebelum menjadi setan.
Artinya Setan atau iblis itu tidak se “cemen” yang kita duga. Ia bukan makhluk yang mudah menyerah. setan punya beribu cara dan tipu daya untuk menyesatkan manusia.
Kalau hanya sekedar menggoda manusia untuk berbuat jahat, itu mah biasa. Namun yang lebih bahaya ketika Iblis melancarkan tipu dayanya tanpa kita menyadarinya. Semisal merasa paling suci dan tak berdosa, sementara orang lain bejad semua. Merasa lebih unggul sedangkan orang lain rendah semua. Merasa paling benar, sementara yang lain salah semua.
Sejarah telah memberikan bukti nyata kepada kita. Tentang orang-orang shaleh, para ahli ibadah dan orang-orang yang dianggap mulia pada zamannya, akhirnya luluh lantak dalam tipu daya setan yang luar biasa.
Sebut saja kisah Barsisa, dikenal sebagai seorang ahli ibadah yang sangat saleh. Dia menghabiskan hidupnya untuk beribadah kepada Allah di sebuah tempat khusus (mihrab), Namun Setan berhasil membuatnya terjerembab dalam nista. Begitu juga Bal’am bin Ba’ura. seorang ulama dari Bani Israil yang dikenal sebagai ahli ibadah dan memiliki ilmu agama yang sangat tinggi, punya kedudukan, tetapi tersesat ketika dihadapkan pada hadiah dan harta yang melimpah.
Sebenarnya Alqur’an secara terang benderang mengigatkan kita terkait hal itu. ”Janganlah kalian merasa diri kalian suci. Dialah yang paling mengetahui siapa yang bertakwa.”(QS. An-Najm: 32). Namun Setan membuat seseorang merasa puas dengan amalnya, sehingga ia merasa sudah cukup baik. Begitu juga dalam surat lainnya. Dimana Setan menggoda manusia untuk merasa lebih unggul dari orang lain, seperti halnya Iblis yang membanggakan dirinya lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam dari tanah (QS. Al-A’raf: 12).
Tapi begitulah setan dengan segala tipu dayanya. Adakalanya Setan membuat seseorang sibuk mengagumi kelebihannya hingga lupa introspeksi diri. Sibuk menilai dan menyalahkan orang, hingga lupa diri. Ternyata ialah sebenarnya Setan yang berwujud manusia.** wallahualam
Suardi, S,Sos, M.I.Kom
Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska Riau