Post Views: 32
Dr. Hidayatullah Ismail, Lc.MA
(Dosen Pascasarjana UIN Suska Riau, Prodi Hukum Keluarga S3)
Tauhid adalah inti ajaran Islam yang menegaskan keesaan Allah SWT dalam segala aspek kehidupan. Konsep ini bukan sekadar keyakinan di dalam hati, tetapi juga harus tercermin dalam setiap ibadah, termasuk puasa. Puasa di bulan Ramadan bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi sarana memperkokoh tauhid melalui keikhlasan, ketundukan, dan penghambaan kepada Allah SWT semata.
Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “Firman Allah Ta’ala ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa”.
Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk ketakwaan, yang merupakan bukti nyata dari tauhid seseorang. Ketika seorang Muslim berpuasa, ia menahan diri dari segala sesuatu yang diharamkan, bukan karena takut kepada manusia, tetapi karena keimanan kepada Allah SWT.
Puasa sebagai Wujud Keikhlasan dalam Bertauhid
Salah satu aspek utama tauhid adalah ikhlas, yaitu melakukan ibadah semata-mata karena Allah SWT. Puasa adalah ibadah yang paling mencerminkan keikhlasan, karena hanya Allah yang mengetahui apakah seseorang benar-benar berpuasa atau tidak.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari, no. 1904; Muslim, no. 1151)
Hadis ini menunjukkan bahwa puasa memiliki keistimewaan sebagai ibadah yang dilakukan hanya untuk Allah, tanpa ada unsur riya’ atau ingin dipuji oleh manusia. Orang yang berpuasa menahan diri dari makan dan minum meskipun tidak ada yang melihatnya, karena ia yakin bahwa Allah Maha Melihat.
Puasa dan Ketundukan kepada Allah SWT
Tauhid juga mencakup ketundukan total kepada Allah SWT, yang diwujudkan dalam ketaatan menjalankan perintah-Nya. Berpuasa adalah bentuk ketaatan seorang hamba kepada Allah, bahkan ketika secara fisik ia merasa lapar, haus, dan lemah.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka…”(QS. Al-Ahzab: 36)
Ayat ini menegaskan bahwa seorang Muslim sejati tidak akan mempertanyakan perintah Allah, melainkan tunduk dan patuh secara penuh. Dalam puasa, seseorang menaati aturan Allah dengan berbuka dan sahur sesuai waktu yang telah ditentukan, serta menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasanya.
Puasa sebagai Sarana Meningkatkan Kesadaran Tauhid
Puasa juga mengajarkan manusia untuk lebih menyadari ketergantungan mereka kepada Allah SWT. Saat berpuasa, seseorang merasakan langsung betapa lemahnya dirinya tanpa rezeki dari Allah. Rasa lapar dan haus yang dialami mengingatkan manusia bahwa segala sesuatu, termasuk makanan dan minuman, adalah nikmat dari Allah yang harus disyukuri.
Allah SWT berfirman: “Dan jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Dengan demikian, puasa menjadi sarana untuk menanamkan sikap syukur dan memperkuat keyakinan bahwa hanya Allah yang memberi rezeki kepada makhluk-Nya.
Puasa dan Penghambaan Total kepada Allah
Tauhid juga mengajarkan bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan dimintai pertolongan. Dalam ibadah puasa, seorang Muslim benar-benar merasakan makna penghambaan kepada Allah. Ia tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari segala bentuk maksiat yang bisa mengurangi nilai puasanya.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.”(HR. Bukhari, no. 1903)
Hadis ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya menahan diri secara fisik, tetapi juga secara spiritual dan moral. Dengan menjauhi keburukan, seseorang semakin menyadari bahwa satu-satunya tujuan hidupnya adalah beribadah kepada Allah SWT.
Puasa bukan sekadar ibadah fisik, tetapi juga merupakan manifestasi nyata dari tauhid dalam kehidupan seorang Muslim. Melalui keikhlasan, ketundukan, dan penghambaan total kepada Allah, puasa menjadi sarana untuk memperkuat keyakinan akan keesaan-Nya. Dalam kehidupan modern yang penuh distraksi, puasa mengajarkan manusia untuk kembali kepada Allah dan menyadari bahwa semua yang mereka miliki adalah anugerah dari-Nya.
Sebagai seorang Muslim, kita harus menjadikan puasa bukan hanya sebagai rutinitas tahunan, tetapi sebagai sarana untuk memperkuat tauhid dalam setiap aspek kehidupan kita. Semoga Allah menerima ibadah puasa kita dan menjadikannya sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.