Kegiatan mandiri merupakan kegiatan mendidik, membina, dan melatih mahasiswa untuk mampu menggali sendiri ilmu yang ada kaitannya dengan topik bahasan. Apabila mereka menemui kesulitan, mereka tidak lagi bingung karena tidak ada tenaga pengajar yang akan membantu, akan tetapi mereka bisa mengatasinya dengan mencari penyelesaian melalui sumber-sumber pengetahuan yang ada, terutama melalui buku-buku atau bahan-bahan tertulis lainnya. Jika perlu, melaksanakan penelitian lapangan atau percobaan di laboratorium. Untuk setiap 2 SKS kegiatan tatap muka kegiatan mandirinya adalah 120 menit. Semakin banyak mahasiswa diberi kesempatan melakukan kegiatan mandiri, semakin luas baginya kesempatan menjadi sarjana atau ahli yang bermutu.
Ciri-ciri pokok seorang sarjana yang bermutu antara lain sebagai berikut:
Untuk mendapatkan kualitas yang demikian, mahasiswa harus banyak mendapat latihan (pembiasaan diri) antara lain:
Dalam rangka mewujudkan latihan itu, kegiatan mandiri mahasiswa diberikan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
a.d. 1. Membuat Laporan
Setiap mahasiswa harus dimotivasi untuk membaca buku minimal satu buah buku untuk satu matakuliah dalam satu semester. Apabila dalam satu semester ada 6-10 matakuliah, maka setiap mahasiswa harus telah membaca paling sedikit 6-10 buku yang dianjurkan, di samping buku wajib, teks atau referensi lainnya, dengan format laporan sebagai berikut:
Dalam memberikan komentar/kritik mahasiswa dapat menggunakan referensi yang lain. Tugas membuat laporan harus sudah diberikan kepada mahasiswa sejak awal perkuliahan (agar mereka dapat mengatur waktu, guna menghindari menumpuknya tugas pada akhir semester).
Tugas ini harus sudah selesai dan diserahkan kepada tenaga pengajar yang bersangkutan sebelum ujian akhir semester dilaksanakan.
a.d. 2. Laporan Praktikum/Praktek Lapangan
Praktikum atau praktek lapangan yang dilakukan hendaknya ada petunjuk/acuannya, baik yang berasal dari tenaga pengajar maupun dari laporan itu sendiri. Dalam melakukan praktikum/praktek lapangan ini tujuannya adalah untuk memupuk kemampuan untuk memahami pedoman/acuannya secara baik. Semakin sering seorang mahasiswa memahami pedoman/petunjuk itu, semakin berhasil/sukses praktikumnya. Proses dan hasil praktikum/praktek lapangan itulah yang harus dilaporkan oleh mahasiswa terutama kepada fakultas/ jurusan. Format laporan praktikum/praktek lapangan akan ditentukan oleh tenaga pengajar atau jurusan/program studi yang bersangkutan.
a.d. 3. Kertas Kerja Ilmiah
Tugas membuat kertas kerja ilmiah sudah dapat diberikan pada mahasiswa dari tahun-tahun pertama (walaupun isi dan bentuknya masih sederhana). Bahan untuk membuat kertas kerja ilmiah biasanya berasal dari pengalaman atau bahan bacaan ataupun dari lingkungan sekitar.
Apabila mereka belum dapat mencari permasalahan yang akan dijadikan bahan penulisan kertas kerja ilmiah itu, para tenaga pengajar harus dapat membantunya dengan menulis kertas kerja ilmiah, maka mahasiswa dimotivasi untuk peka terhadap masalah-masalah di sekitarnya ataupun tanggap terhadap teori atau pandangan ahli-ahli yang dibacanya. Ia harus dapat memformulasikan masalah, membahas, menganalisa, membandingkan dan memisahkan atau menarik kesimpulan dari bacaannya. Kreativitas, inovatif, imajinatif, obyektiv, dan intelektual mahasiswa akan semakin berkembang bila mereka semakin banyak dapat menyelesaikan kertas kerja ilmiah.
Cara kerja membuat kertas kerja ilmiah antara lain:
Dengan demikian setiap kertas kerja ilmiah akan memuat paling sedikit:
Pemberian tugas menulis kertas kerja (makalah) ilmiah ini hendaknya diberikan sejak awal semester dan harus sudah selesai dan diserahkan kepada tenaga pengajar yang bersangkutan sebelum ujian akhir semester dilaksanakan.