web analytics

Tatap Muka

Setiap tenaga pengajar atau asistennya memegang (mengasuh) sedikitnya satu matakuliah dalam satu semester yang merupakan kebulatan disiplin (ilmu) tertentu. Setiap tenaga pengajar harus dapat memperkirakan seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk menyajikan semua bahan di kelas dalam bentuk tatap muka dalam satu semester atau sebaliknya, atau fakultas hanya menyediakan sejumlah waktu tertentu kepada tenaga pengajar untuk menyajikan semua bahan tersebut. Dalam hal ini apabila terjadi perbedaan antara waktu dengan yang diperkirakan tenaga pengajar dengan yang disediakan fakultas, maka hasil akhirnya ditentukan oleh hasil musyawarah/mufakat antara keduanya.

Apabila telah diperoleh waktu yang tepat, misalnya tenaga pengajar itu harus menyajikan seluruh bahan itu sampai habis dalam satu semester selama: 1800-1900 menit tatap muka. Oleh karena itu bahan studi dengan waktu tatap muka 50 menit dihitung s dengan satu SKS, maka matakuliah tenaga pengajar tersebut mempunyai nilai beban studi besar: 100/50 x 1 SKS = 2 SKS.

Agar perkuliahan berjalan lancar, maka sebaiknya tenaga pengajar tersebut mempunyai suatu rencana perkuliahan (sebaiknya dituangkan dalam satu buku pegangan tenaga pengajar). Dalam rencana itu keseluruhan bahan perkuliahan harus sudah terbagi (terpenggal) ke dalam 18-19 bagian. Setiap bagian harus diberikan oleh tenaga pengajar tersebut pada setiap kali perkuliahan. Ada baiknya bila kepada mahasiswa pada awal perkuliahan diberikan penjelasan tentang rencana (penggalan-penggalan) perkuliahan tersebut. Dengan adanya penggalan-penggalan itu, maka seorang tenaga pengajar akan dapat mengetahui batas-batas dan kamajuan setiap kali tatap muka yang dilakukan. Batas-batas atau kemajuan perkuliahan ini, yang apabila melaksanakan tatap muka (setiap minggu), dicatat dalam buku notes/pengatur perkuliahan yang tersedia pada setiap fakultas dan Prodi. Dalam perkuliahan tatap muka, hendaknya tenaga pengajar dapat memberikan kesempatan bertanya kepada mahasiswa. Mahasiswa yang bertanya hendaknya jangan ditafsirkan sebagai: “menguji tenaga pengajar”, tetapi untuk pengembangan secara pedagogis. Mahasiswa yang bertanya adalah baik, karena biasanya mereka mempunyai perhatian besar terhadap perkuliahan.

Kreatifitas seorang tenaga pengajar yang baik adalah yang dapat memupuk perhatian dan kreativitas ini. Pertanyaan mahasiswa boleh dijawab langsung oleh tenaga pengajar, akan tetapi dapat juga dilontarkan kepada mahasiswa yang mungkin tahu jawabannya, dan dapat pula tidak dijawab oleh tenaga pengajar pada saat itu melainkan mahasiswa itu (sendiri atau kelompok) diminta mencari jawabannya. Namun akhirnya tenaga pengajar harus memberi jawaban pada waktu lain agar Mahasiswa tahu mana jawaban yang sebenarnya. Bahan-bahan untuk tatap muka diambil dari satu atau beberapa buku tertentu yang disebut dengan buku pegangan (text-book). Mahasiswa harus didorong untuk memiliki buku tersebut. Sekiranya tidak ada buku pegangan, adalah bijaksana sekali apabila tenaga pengajar yang bersangkutan menyusun diktat sebagai penggantinya. Diktat itu sebaiknya distensil atau dicetak. Hindari dalam memberi kuliah dengan mendiktekan saja bahan perkuliahan. Dari berbagai penjelasan atau pengamatan tenaga pengajar yang hanya memberi kuliah dengan cara dikte, ternyata tenaga pengajar itu sangat miskin ilmu. Tenaga pengajar ini tidak pernah lagi membaca buku-buku (tidak pernah lagi menambah perbendaharaan pengetahuan) selain dari apa yang dibacanya sewaktu kuliah dahulu ketika masih Mahasiswa.

Dalam kegiatan tatap muka, selain penjelasan buku-buku yang ada dalam buku pegangan (diktat), hendaknya diberi juga (diperkaya) bahan-bahan dari buku lain (pendapat) para ahli yang relevan.